Jelang  Reuni Akbar  Alumni Asrama Putri  ITB Gelapnyawang ini , (Reuni dan HBH 15 agustus 2015),  saya ingin mempersembahkan sebuah kado. Hanya sebuah tulisan sederhana. BTW, saya ingin juga mempersembahkan kepada Bunda saya yang merasakan betapa besar jasa keberadaan asrama ini . Berjuta kisah kenangan, perjalanan panjang  asrama putri , yang kini menjadi klinik kesehatan di ITB ini. Lokasinya  di jalan Gelapnyawang, samping Masjid Salman ITB , Bandung.
Dulunya mesjid Salman belum ada. Asrama Putri Gelapnyawang ini sangat sejuk dan asri, di bingkai hamparan rumput dan taman.
(foto lengkap slide  show simak di Youtube https://www.youtube.com/watch?v=DESmHrS4j0Y )
Untuk tulisan ini saya meminjam pengalaman  Bunda  Nurhayati. Karena foto-foto yang saya unggah memang pemberian beliau.
BTW, menurut Bunda Zuhriati Arie Setiadi (Mbak Jun),  alumni asrama putri ITB Gelapnyawang, alumni S1 FTI ITB 77 dan S3 University of Wollongong Australia ini ,  banyak nama dan prestasi gemilang dari  asrama  bersejarah ini.
Â
Sayangnya saya belum berkesempatan mengobrol langsung dengan beliau-beliau ini, one by one. Hanya yang sudah  tampak di pelupuk mata adalah Bunda Zuhriati ini yang bukan hanya aktif kepengurusan di DWP  KemenPUPR,  namun juga seorang dosen , dan pernah  berkarier di Nurtanio (IPTN). Kebetulan, saya mengenal kiprahnya  , sebagai ibu ketua  saya di DWP Balitbang .Dengan gaya kepemimpinan yang demokratis, sangat membimbing dan mengayomi, sekaligus jelas  job-job yang ia paparkan kepada kami.,
Ijinkan saya menuturkan  kenangan , sebatas yang saya tahu. Mereka yang fotonya terabadikan di tulisan ini. Bunda-bunda senior .Â
Bunda Elsye  , saya  mengenalnya di masa kecil saya karena memang sering  berkunjung ke kediaman ibunda saya.  Insinyur Elektro wanita pertama di Indonesia ini adalah dosen senior ITB. Siapapun mengakui  kecerdasan beliau.
Bunda Saraswati Suharjo, atau panggilan akrabnya Iyek. Beliau berasal dari Sumut, adik kandung dari alm Bpk Hasrul Harahap (pernah menjadi Menteri Kehutanan di Era Prediden Soeharto). Istri dari alm Bpk Suharjo  (Insinyur asal Solodulu Planolog di Pemerintah Kotamadya Bandung, masa Walikota Oce Junjunan) . Bunda Saraswati ini  dulunya apoteker yang berdinas di DKK Pemkot Bandung. Sebagai pensiunan PNS beliau masih  aktif di GOW Gedung Wanita.
Bunda Tinneke. Ini juga saya kenal baik karena termasuk kelomok sahabat Bunda Nur. Bunda yang biasa saya panggil tante Sul, adalah istri dari Saeful Sulun, yang di era tahun 1980an, sebagai  perwira tinggi ABRI dan petinggi MPR pada masa tersebut.
Â
Bunda  Nur adalah alumni Farmasi ITB tempo dulu. Mengembara ke Kota Bandung dan  tinggal di asrama putri ITB. Lulus dari SMA St Xaverius Palembang  tahun 1954,  bersama karibnya se SMA Halimah, ia mendaftar ke Fakultas MIPA. Waktu itu  jurusan Farmasi adalah salah satu prodinya.
Sudah sekira 2 tahun terakhir beliau tidak lagi menjadi apoteker apotek. Riwayat pekerjaannya pernah menjadi apoteker di Otto Pharmacy Lembang. Pernah di beberapa perusahaan  alias pabrik obat seperti Nellco, Tirtanata,  dan banyak lagi. Sambil menjadi apoteker apotek. Kini aktif sebagai pembina penasehat di YPBW (Yayasan Pendidikan Budi Wanita) Kota Bandung dan beberapa organisasi.
Ceritanya pada masa itu masuk Technischee Hoogeschool  (ITB)  tidak sesulit masa kini. Tapi  yang berat proses  belajarnya itu. Betul-betul  terbilang  berat. Konon banyak yang keteteran dan memilih hengkang dari perguruan tinggi yang pernah menjadi cabang dari Universitas Indonesia (faklutas tekniknya) itu. Proses belajarnya lumayan panjang.
]
Bandung  masih menjadi kota yang super nyaman, sejuk, hegar…. Segar… Penduduknya yang sedikit,  tempat menyepi yang  romantis…. Kabut pagi  meremang dalam semburat  pagi. Pepohonan dan kebun-kebun serta sawah bak permadani hijau.
Pengembara dari kota Pempek di bantaran Sungai Musi ini  tidak langsung menghuni asrama. Ibu Nur dan Ibu Halimah  sempat indekost di jalan Mangga. Ke kampus pakai sepeda kumbang (ontel). Berangkat sepagi mungkin.
Karena lumayan jauh, mereka pindah kos ke jalan Wira angun-angun Bandung.
Dari sesama teman St Xaverius Palembang seangkatannya, ada  sahabat mereka yang juga mengembara ke Bandung. Seperti Pisi Lukito (dokter bedah terkenal tahun 1970an dan 1980an).  Ada juga tokoh pendidikan  St Aloysius dan UNPAR, yakni Peter Co. Yang dulu rumahnya di jalan Cilaki Bandung. Kuliahnya juga sama di Farmasi.
Akhirnya dapat Jatah Asrama
Pernah lihat  Hotel Sawunggaling di Jalan Sawunggaling Bandung?  Dulunya  adalah Asrama Putra Mahasiswa ITB. Tapiiii…., sebelumnya lagi itu adalah asrama putri.
Ketika Asrama Sawunggaling menjadi tempat baru bagi Ibu Nur dan Halimah ini, Â ada warna tersendiri yang terekam indah.
Kehidupan asrama yang ketat dengan kedisiplinan. Makanan yang sederhana. Ada acara kalau makan pakai telur itu  sudah sangat mewah. Telurnya di belah 2. Bandingkan dengan  anggapan mahasiswi jaman sekarang, telur itu bukan makanan mewah. Biasa saja.. Bahkan sekarang ini ayam goreng juga  masuk katagori  biasa saja. Kalau dulu, itu makanan super istimewa dan kelas atas…
Kamar-kamar yang tersedia  diperuntukkan untuk lebih dari seorang. Jangan bayangkan kamar kos yang nyaman dengan  meja belajar masing-masing. Kamarnya  bisa beberapa orang. Belajarnya di meja makan.
Hidup di asrama, harus siap juga lho berjibaku  dengan gerakan cuci baju, seterika sendiri.  Ada jam-jam yang kita tidak boleh lalai. Misalkan saatnya belajar, saatnya  olahraga dan sebagainya. Mau mandi,  siap-siap antrelah.
Teman-teman yang Jadi Saudara
Nama-nama yang saya dengar dari Bunda  Nur, selain Bunda Halimah, adalah sahabat karib beliau yang sampai hari ini masih bareng dalam organisasi GOW dan YPBW. Beliau adalah Bunda Saraswati Soeharjo. Ada juga  penghuni asrama yang terbilang cantik, seperti Bunda Elsye. Beliau adalah insinyur elektro wanita pertama di Indonesia. Kelak sebagai dosen senior ITB.
Nama lain seperti Bunda  Sulastri (dulu kerja di Departemen PU  dan sebagai dosen). Ada sahabat lainnya seperti Bunda Zul Saeful Sulun, Bunda Tinneke , Bunda Murdiah Rohaji , Bunda Dewi Rahman (putrinya pernah menjadi Putri Remaja Indonesia , versi majalah gadis, Inda Deryanee Rahman), Bunda Ati….. semua  menjadi saudara se asrama. Terjalin rasa kasih sayang, satu sama lain. Kekerabatan yang bersemi indah.
Kakak penulis, Zahra  Betayanti, alumni FT ITB  82, punya karib  sekolah bernama Dewi Andriana Ratih yang pernah menjadi atlet senam . Ibunda nya bernama Tari. Juga aluni asrama putri.
Idris Sardi (alm), Gesekan Biola Cinta
Idris Sardi, musisi dan komposer besar ini sering dijuluki biola maut. Saya lebih suka menyebutnya Biola Cinta. Karena  getaran  gesek snarnya lebih melantunkan  pesona cinta dan kasih sayang.
Kala itu Idris Sardi masih bujangan. Ia berteman dengan mahasiswi biologi  penghuni asrama putri, namanya Bunda Ati.Â
Kehadirannya sangat menghibur penghuni asrama. Karena  jemarinya bermain  menghanyutkan di atas tutus tuuts piano. Berdentingan  dan menggema di  bangunan tua  berarsitektur antik ala  Belanda itu.
Saat bersantai di sela-sela kuliah, dan jauh dari orang tua, mereka  kerap bernyanyi bersama dengan iringan permainan musik Sang Maestro, yang  notabene belum terkenal saat itu.
Jangan bayangkan  ada televisi, gadget, HP, iapalagi internet pada masa itu.
Hiburan sepertti radio saja sudah mewah dan hanya dimiliki kalangan kelas atas saja. Itupun langka. Apalagi televisi.  Yang siaran radionya juga  hanya RRI saja. Kalaupun ada musik, pakai Piringan Hitam, juga hanya dimiliki kalangan sangat terbatas.
Karenanya mereka yang main musik dianggap sebagai penghibur  pereda kangen keluarga dan kampung halaman.
Belajar dan Belajar
Bunda  Nana Terangna Ginting, yang pernah menjadi Kapus Puskim pensiunan Puslitbang Sumber Daya Air, Balitbang Kementerian PU (sekarang PUPR), punya cerita indah lain.
Sesama penghuni asrama saling mengajarkan dan berbagi kepandaian. Memotong dan menjahit baju, memotong rambut…. Dilakukan  sebagai  ajang  berbagi. Dulu menjahit  dan memotong baju sendiri lebih hemat dari pada beli baju. Namanya  produsen garmen tidak booming seperti sekarang.
Bunda  Nur belajar banyak mengaji justru saat setelah menghuni asrama. Ia merasa beruntung ada guru yang dengan  ikhlas mengajar bagi penghuni  asrama.
Â
Piknik Ke dago
Tentang refreshingnya anak asrama tahun 1950an. Sederhana , tapi manis. Mereka berjalan kaki sejak pagi buta menuju air terjun Dago alias Curug Dago. Berfoto ria dan  bermain di air yang bening dari mata air. Tentu saja airnya masih bersih belum tercemar seperti sekarang.
Berikut foto-fotonya dari koleksi pribadi Bunda  Nur, yang kini sudah jadi milik saya.., karena beliau  takut tak bisa merawat dokumentasi ini dengan baik.
Pindah ke Asrama Putri Gelapnyawang
Karena asrama Sawunggaling akan dijadikan asrama putri, dengan berat hati mereka hengkang  meninggalkan asrama yang menurut mereka lebih nyaman. Piano tua ikut berpindah. Menemani  hari-hari  yang bakal mengantar mereka  menuntaskan kuliah.
Berfoto Ria di taman Ganesha
Pada masa itu  mahasiswi ITB yang menjadi penghuni asrama cukup banyak yang narsis. Mereka suka berpose di Taman Ganesha. Berpakaian  mode rok mengembang ala Cinderella dan berpakaian kebaya saat  hari Kartini.
Makan Jagung Bakar, Itu Spesial lho
Bunda  Nur  beruntung ketika ayahnya dipindah tugaskan dari Palembang ke Jakarta. Bekerja di Kementerian Pendidikan, ayahnya  menjual rumah di Talang Semut Palembang. Dan membeli (VB) di jalan Sukabumi Menteng Jakarta. Jadi jarak orang tua menjadi dekat.
Pada saat itulah ayahnya suka berkunjung ke Bandung. Mengirim makanan. Lalu menraktir temen-teman se asrama makan jagung bakar. Untuk anak perantauan yang jauh dari orang tua, jagung bakar itu makanan mewah lho.
Bunda Nur merupakan salah satu apoteker lulusan ITB tempo dulu , yang diwisuda setelah  punya banyak buntut….  BTW , salah satunya adalah saya tuh….
KLIK TAUTAN Â INI: Â SLIDE SHOW FOTO-FOTO ALBUM 1950ANÂ
BACA JUGA Â KOLEKSI TULISAN KENANGAN/ NOSTALGIA TEMPO DULU LAINNYA :
Jalan Ciumbuleuit Bandung Tempo Dulu (Jadul) DI SINI
Jalan Siliwangi/Babakan Siliwangi Jadul atau tempo dulu DI SINI
Jalan Dago tempo dulu DI SINI
Artis Jadul tahun 1950an  dan 60an baca DI SINI
Kenangan MANIS sepanjang  jalan sekitar Gedung Sate sampai ke  jalan Sumatera Bandung baca DI SINI
Taman lalu Lintas, jadul dengan pop singer contes ala tahun 1970an  dan bina vokalia Ade Irma, baca DI SINIÂ
Bioskop jadul, PANTI BUDAYA alias VANDA THATER Â baca DI SINI
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H