Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wajah Seram dalam Angkot

29 Juni 2015   07:08 Diperbarui: 29 Juni 2015   08:34 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara  yang berada di ujung tampak juga membendung  perasaan tertentu, seperti tawa ditahan.  Karenanya Diandra  kesal ,  melotot kepadanya , sehingga akhirnya  lelaki di sudut itu buang muka.

Sejenak  Diandra melupakan dua lelaki itu  . Perjalanan kembali   berlanjut, angkot melaju ugal-ugalan, atau mengetem terlalu lama.

Kembali ia melamun ngalor ngidul untuk mengisi perjalanan. Ah , anakku,kasihan kau,  dua jam pulang pergi  harus kau tempuh  setiap harinya. 

Diandra memilihkan sekolah favorit di pusat kota  ini karena anjuran guru SD Rathu. . Sayangnya orang seperti Diandra dan suaminya hanya mampu membeli rumah cicilan kredit di pinggiran . Dan sekolah bagus ada di tengah kota.  Pasangan muda yang  harus merintis dari awal. Pernah seorang orangtua murid mengejeknya.

 “Cari rumah kok di pinggiran,  udah  gitu kecil pula,  dan  jalannya nyungsep. Eh, ternyata banjir lageee kalau musim hujan…,:” begitu  Ibu Girka ,  orang tua teman sekelas Rathu mengejeknya.

“Tak apalah bu, yang penting kami punya tempat berteduh sendiri , bayar cicilan sama saja dengan mengontrak, ” Diandra berkelit.

 “Memangnya rumah saya ini letaknya di tengah kota hasil  mengontrak?, Saya juga rumah sendiri kok?” Ibu Girka  mencibir sambil  berlalu meninggalkan  Diandra.

 Terbayang pula begitu angkuhnya Ibu Girka, karena meski suaminya  bekerja serabutan , penghasilannya sangat kurang dari cukup, dan  lebih banyak jam santai  dan tidur siangnya.

Nyatanya   ia bisa punya rumah di kawasan kota. Tentu saja, karena rumahnya adalah pemberian ayahnya Ibu Girka. Meski mereka berdua  tak perlu cari duit mati-matian, tapi dapat sumbangan sana sini, dari orang tuanya Ibu Girka, dari adiknya, dari  bibinya……

Jika  Rathu harus menempuh  perjalanan satu jam, Girka cukup  15 menit  sudah sampai ke sekolah. Jika Rathu  harus berangkat dari rumah jam 05. 30,  bangun mandi dan sarapan sebelum pukul 04.00, Girka  bisa berangkat  pukul  06.30 danbisa bangun kesiangan. Tapi tetap saja prestasi Rathu jauh di atas Girka yang rajin sekali dibekali ilmu menyontek oleh ibunya.

Mungkin Ibu Girka suaminya tak rajin dan tekun cari nafkah karena sudah kadung keenakan diberi rumah oleh mertua, dibantu  oleh saudara dan para ipar. Tapi  Ibu Girka  selalu memaksakan diri membeli kosmetika  perawatan  yang harganya jutaan rupiah. Membeli pakaian yang modis. Semua sandangnya harus bermerk terkenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun