Kini kawasan Jongaya ikut berkembang seiring kota Makassar menjadi suatu kota perdagangan, kota jasa, terbesar di Indonesia timur. Salah satu ikon penting di kawasan ini adalah berdirinya Istana Jongaya, yang pernah menjadi tempat tinggal Pahlawan Nasional Andi Mappanyukki.Â
Beliau adalah putra Raja Gowa ke-34, I'Makkulau Daeng Serang Karaengta Lembang Parang Sultan Husain Tu Ilang ri Bundu’na (Somba Ilang). Beliau juga menjadi Raja Bone ke-32 dengan gelar Sultan Ibrahim.Â
Pada masa perjuangan kemerdekaan, Istana Jongaya menjadi lokasi penting untuk menyatukan para raja dan pejuang Sulawesi Selatan dalam mendukung NKRI.
Selain Istana Jongaya, kawasan ini juga memiliki berbagai situs budaya dan sejarah lainnya, seperti: Rumah Andi Pangeran Pettarani, mantan Gubernur Sulawesi dan Pahlawan Nasional.Â
Masjid Tua Babul Firdaus, yang menjadi tempat peristirahatan atau makam  beberapa raja Sulawesi selatan (makam datu Sawitto). Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Indonesia Timur (STFT Intim), lembaga pendidikan tertua di kawasan timur Indonesia, di sinilah pulah Karaeng Patingalaong (cendikiawan Bugis Makassar) menyimpan buku dan membangun perpusatakaan pada jamannya.Â
Situs Poccibutta (pusat bumi) yang dipercaya sebagai titik awal perkampungan Bugis, Makassar, dan Mandar di Kota ini.
Tidak bisa di pungkiri kawasan Jongaya juga memiliki kini pusat seni dan budaya lokal, seperti munculnya pengrajin perak ukiran Kendari, adanya sangar-sanggar seni tradisional seperti Ganrang Bulo, komunitas Khalwatiyah Saman Syekh Yusuf, serta komunitas Melayu dan Jawa yang bermukim di pinggir wilayah Jongaya.Â
Bila di tambahkan akan masih banyak komponen-komponen yang belum di identifikasi yang akan menjadi daya tarik bagi kawasan ini.
Pembangun Kawasan Budaya dan Pengembangan ekonomi kreatif di Jongaya
Mengapa ide membangun kawasan Jongaya sebagai kawasan budaya dan pengembangan ekonomi kreatif itu suatu ide yang penting untuk dikembangkan oleh pemerintah kota Makassar kedepan?Â