Diperkirakan, hingga tahun 2030 akan tercipta 4,4 juta lapangan kerja hijau, dengan 75% di antaranya ditujukan untuk perempuan. Ini merupakan peluang emas untuk mengurangi kesenjangan gender dan memberdayakan perempuan dalam pembangunan ekonomi.
Pengurangan Emisi dan Penggunaan Air: Salah satu manfaat paling nyata dari ekonomi sirkular adalah penurunan emisi karbon dan penggunaan air.
Pada tahun 2030, emisi CO2eq diperkirakan akan berkurang hingga 126 juta ton, setara dengan 9% dari total emisi saat ini. Sementara itu, penggunaan air juga akan berkurang hingga 6,3 miliar meter kubik, atau sekitar 3% dari total penggunaan air saat ini. Pencapaian ini akan memberikan kontribusi besar dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan pelestarian sumber daya air.
Peningkatan Daya Beli Masyarakat: Ekonomi sirkular tidak hanya menguntungkan negara dan perusahaan, tetapi juga akan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.
Diperkirakan, rata-rata rumah tangga Indonesia dapat menghemat hingga Rp 4,9 juta per tahun, atau sekitar 9% dari total pengeluaran mereka. Penghematan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup dan memenuhi kebutuhan dasar.
Peralihan ke ekonomi sirkular membuka peluang besar bagi berbagai industri. Industri manufaktur, misalnya, dapat mengembangkan produk yang lebih tahan lama dan mudah diperbaiki. Industri kemasan dapat berinovasi dengan menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Sementara itu, industri daur ulang dapat tumbuh pesat dengan adanya pasokan limbah yang semakin banyak.
Potensi pendapatan dari ekonomi sirkular juga sangat menjanjikan. Perusahaan yang mampu menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular akan mendapatkan keunggulan kompetitif, baik dari segi biaya produksi maupun citra merek. Selain itu, pemerintah juga dapat memperoleh pendapatan tambahan melalui pajak dan retribusi dari sektor ekonomi sirkular.
Tantangan pemerintahan di Indonesia
Meskipun menawarkan banyak peluang, implementasi ekonomi sirkular di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Infrastruktur pengelolaan sampah yang belum memadai, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya daur ulang, serta regulasi yang belum sepenuhnya mendukung adalah beberapa kendala utama.
Selain itu, perubahan paradigma dari ekonomi linear ke ekonomi sirkular membutuhkan waktu dan investasi yang besar. Perusahaan-perusahaan perlu melakukan transformasi bisnis yang signifikan, sementara pemerintah perlu menyediakan insentif dan dukungan kebijakan yang jelas.