Masuk gapura bukit Astana, Â serangan para peminta kembali dimulai. Â Kotak berjejer dari anak tangga terbawah sampai ke puncak bukit. Â Laki-laki muda berombongan tanpa rasa malu terus mengoceh, Â meminta sedekah, Â mencegat para pengunjung untuk memasukkan receh ke dalam kotak atau meminta langsung kepada para pengunjung. Â
Bahkan menjelang pintu masuk ke Makam, Â anak-anak kecil berbaris menyadongkan tangan. Â Padahal kalau dilihat dari pakaian dan wajah anak-anak, Â mereka sepertinya bukan orng miskin karena terlihat bersih dan rapi. Â
Sampai di depan pintu makam,  pengunjung belum terbebas dari para peminta.  Seorang pria paruh baya menanyai asal para peziarah satu persatu.  Mereka  menuding salah satu sudut tempat dekat pagar dan menyebut,  "Semarang di sini,  Jakarta di sini,  Probolinggo di sini".  Ternyata mereka mengumpulkan alas kaki para pengunjung dalam satu tempat menurut kota asal,  agar saat keluar bisa mengambilnya kembali dengan mudah. Dan ini salah satu alasan mereka meminta upeti kepada para peziarah. Â
Sampai kami kembali ke parkiran bus, Â teror para pengemis tak berhenti sampai mesin bus dinyalakan dan melanjutkan perjalanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H