Kabupaten Blora, tempat semburan lumpur yang menghebohkan dunia maya, hanya berjarak puluhan kilometer dari  Bledug Kuwu di kabupaten Grobogan Jawa Tengah.
Tapi pusat semburan di kedua tempat itu dipastikan sama. Sama-sama bergerak dari dasar inti bumi yang mengeluarkan panas lalu keluar berupa semburan lumpur.
Desakan dari magma memang tidak dapat dicegah karena dari situ sudah ada lobang sebagai jalan keluar gas alam yang mendorong isi bumi, kebetulan yang keluar bukan material batu atau atau lava panas, melainkan hanya gelombang lumpur.
Konon,  menurut cerita masyarakat setempat sumber letupan Bledug Kuwu tersambung ke pantai selatan, dan ini menurut legenda adalah jalur yang dilewati oleh Jaka Linglung  yang merupakan putera Ajisaka dalam legenda Kerajaan Medang Kamolan.
Sulit untuk bisa melukiskan fenomena alam ini secara ilmiah. Sebab diperlukan penelitian yang panjang hingga bisa sampai tahap konklusi yang bisa merumuskan awal kejadian sehingga lumpur bisa menyembur di sebuah lokasi tanpa diduga dan menimbulkan korban harta benda.
Ki Rogo Jiwo, seorang paranormal dari Semarang yang merupakan ketua bidang Diklat IPJT (Ikataan Paranormal Jawa Tengah), dan anggota IPI (Ikatan Paranormal Indonesia), dengan mata batinnya melihat secara jelas fenomena yang terjadi di Blora ini.
Setidaknya ada beberapa poin yang bisa saya rangkum untuk para pembaca Kompasiana.
1. Â Reaksi alam atas fenomena Pilkada yang akan digelar bulan Desember 2020
Sebagaimana diketahui, pilkada akan digelar sebentar lagi, yaitu bulan Desember 2020. Dimana 270 daerah akan menyelenggarakan pilkada secara serentak dengan 9 Pilgub,224 pilbub ,37 pilwakot.
Gerakan isi  bumi terintergrasi dengan apa yang sedang terjadi di muka bumi. Ki Ageng menyatakan bahwa saat suksesi kepemimpinan daerah akan terjadi sedikit gejolak pada masyarakat karena perbedaan pilihan. Dan ambisi para calon pemimpin yang maju ke arena pilkada.
Semburan Lumpur di kabupaten Blora merupakan sebuah pertanda bahwa gejolak akibat perang urat syaraf yang panas tergambar dari letupan lumpur dasyat.
Dari semburan lumpur yang menimbulkan korban ternak penduduk ini menggambarkan akan ada kerugian material akibat efek suksesi kepemimpinan daerah.
Semburan Lumpur berasal dari dorongan panas bumi yang memaksa material dari dalam bumi untuk keluar. Dan sumber ini menjadi satu dengan daerah-daerah lain seperti luapan lumpur Lapindo di Sidoarjo Bledug Kuwu, dan gunung berapi yang ada di Indonesia.
Konon lobang semburan lumpur ini bersambung sampai ke laut selatan. Mengingat Bledug Kuwu jaraknya tak terlalu jauh dari semburan lumpur di Blora.
Dan Ki Ageng menyampaikan bahwa pada jaman dahulu ada seseorang yang kehilangan ternak karena tersedot lumpur di Bledug Kuwu dan bangkainya diketemukan di laut selatan.
2. Peringatan bagi para pemimpin daerah di Blora.
Lengah dan pelupa. Itu adalah sifat para pemimpin saat ini. Yang pada saat pemilihan begitu ramah dengan konstituen, tapi menjadi asing bagi para pemilihnya setelah berhasil  menduduki jabatan.
Sehingga diplbutuhkan instropeksi secara menyeluruh agar para pimpinan di Blora lebih intensif lagi memperhatikan rakyatnya.
Ki Ageng melukiskan kejadian-kejadian dibseluruh dunia, di mana harta benda hancur berantakan dalam hitungan detik akibat bencana. Kebakaran, tsunami, tanah longsor, banjir, dan sebagainya. Sehingga tak layak bagi seorang pemimpin untuk berlaku sombong. Karena ada yang penguasa seisi alam yang lebih berkuasa atas segalanya yaitu Sang Khaliq.
3. Solusi Penyelesaian
Luapan lumpur di Blora seperti mengingatkan kepada semua orang, bahwa bencana itu terkadang tanpa diprediksi dan tanpa diduga. Bisa jadi karena sifat lupa dan abai  manusia pada kondisi sekitar. Padahal secara ekologi bumi berputar pada porosnya, bergerak sesuai dengan sistem alamiah yang disebut sebagai ayat-ayat kauniyah.
Alam yang berjalan sesuai dengan perintah Sang Khaliq, dan akan memberi manfaat bila semua berlaku pada kodrat yang telah ditentukan. Sehingga akan terjadi bencana bila ada manusia-manusia serakah yang berlaku curang. Tidak amanah, korupsi, abai dengan keadaan, memikirkan diri sendiri, serta tidak takut kepada Sang Pencipta.
Dan sebelum semuanya terjadi lebih parah, harus ada upaya yang dilakukan oleh para pemimpin daerah di Blora khususnya dan para pemimpin seluruh Indonesia pada umumnya.
Antara lain dengan bersedekah. Karena sebagaimana disampaikan Ki Ageng, sedekah itu menolak bala-bencana dan menyantuni anak yatim adalah melindungi diri dari siksa api neraka.
Hal berikutnya adalah perlu dilakukan upaya spiritual. Selain berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing adalah berkonsultasi dengan para ahli spiritual yang mempu melihat tanda-tanda alam yang orang biasa tidak bisa melihatnya. Mungkin perlu ada rukyah massal, atau ruwat massal dimana para para pemimpin daerah yang saat ini duduk bisa berada di garda terdepan.
Harapannya agar terbangun lagi sebuah sistem ekologi antara bumi yang terdiri dari unsur tanah, air, udara dan api, yang bisa memberi manfaat kepada manusia dan tanpa menimbulkan bencana.
Malam semakin larut, udara dingin musim kemarau makin menggigit. Dari kejauhan terdengar lolongan panjang anjing liar, mereka seperti mendengar obrolan kami malam ini, membuka aura tabir bumi yang main lelah tertimpa beban manusia-manusia yang lupa.
Lalu sayup-sayup azan subuh terdengar, dan saya beranjak mengambil air wudhu, bergegas menuju mushola terdekat untuk tunaikan shalat subuh.
Inilah petikan wawancaranya :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H