Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menikah Masih Pentingkah?

5 Februari 2020   14:12 Diperbarui: 5 Februari 2020   14:10 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mas Irfan kini umurnya sudah 45 tahun. Seorang gadis pilihan kedua orang tuanya yang ia bawa 20 tahun yang lalu tak disetujui karena alasan yang tidak bisa diterima. Jarak  yang jauh menjadi penghalang kedua orang tuanya untuk meluluskan permintaan anaknya.

"Kami sudah tua nak, tidak mungkin bepergian begitu jauh",  kata orang tua Mas Irfan memberi alasan.

Sebagai anak yang taat pada orang tua mas Irfan pun mengalah mengurungkan niatnya untuk melamar seorang perempuan untuk dinikahinya.

Memang perempuan cantik itu berasal dari luar pulau yang sepertinya tidak memungkinkan orang tuanya untuk datang ke sana. Mengingat kondisi mereka yang sudah lemah.

Setelah itu tak terdengar lagi Mas Irfan membina hubungan dengan wanita lain, sampai pacarnya dari luar pulau menikah dan kini telah memiliki tiga orang anak.

Sampai kedua orang tuanya tiada, Mas Irfan pun belum terbersit keinginan mempunyai pasangan. Sendirian kini ia mendiami rumah peninggalan orang tuanya yang besar. Maklum ia adalah anak tunggal.

Beda lagi cerita kawan saya sebut saja Mamad (nama samaran), kini usianya sudah 43 tahun. Dalam ekonomi yang sudah mapan, memiliki pekerjaan tetap, punya rumah, mobil, dan usaha yang cukup maju, ia masih hidup sendiri.

Ia sangat sulit memilih pasangan hidup. Kriteria yang tak pernah cocok dengan pilihannya membuatnya menunda pernikahan sejak ia berumur 27 tahun sampai saat ini.

Mbak Hesty (nama samaran), adalah tetangga kami. Perempuan cantik ini di usia yang sudah kepala empat masih saja menjomblo. Rasa sakit akibat hubungan yang kandas saat ia masih kuliah membuatnya dingin terhadap laki-laki. Padahal orang tuanya terus mendorongnya untuk segera memiliki pasangan hidup.

Rumah di perumahan mewah, mobil cantik, dan kedudukan sebagai manajer sebuah bank membuat perempuan ini tampil istimewa, cuma itu ia hanya sendirian.

Soal jodoh memang menjadi rahasia yang tak terpecahkan sampai saat ini. Selain pengaruh prinsip dan kondisi sosial, seringkali faktor perasaan juga dituding menjadi penyebab tertundanya pernikahan.

Jodoh, rejeki, kematian memang takdir. Tapi manusia masih bisa merubahnya bila ada niat dan mau berusaha. Sebab perubahan tidak akan pernah terjadi bila tidak ada usaha manusia.

Dalam Islam, seorang gadis yang telah cukup umur dan dilamar oleh orang yang Sholeh disarankan untuk menerima lamarannya.

Nikah itu Sunnah,  tapi orang Islam yang niat selibat (tidak menikah ) seumur hidupnya hukumnya haram. Bahkan seorang lelaki yang istrinya meninggal pukul 10 pagi dan telah dikuburkan, maka ia boleh mengumumkan pernikahannya pada pukul 11 siang.

Menikah itu awalnya hanyalah hubungan sederhana,  perjanjian resmi  antara laki-laki dan perempuan  dicatatkan pada KUA atau catatan sipil sehingga menjadi hubungan resmi.

Menikah memang harus didaftar oleh pengelola negara, agar catatan hubungan ini tidak bermasalah saat sudah mulai menghasilkan keturunan. Nanti melalui catatan buku nikah dan sertifikat dari catatan sipil akan muncul kejelasan siapa menikah dengan siapa dan memiliki anak dari pernikahan yang mana.

Menikah atau tidak itu hak setiap orang. Tapi di Indonesia ada hukum yang mengatur tentang hubungan laki-laki dan perempuan. Indonesia masih menganut adat ketimuran dan menghargai nilai adat dan agama. Sehingga laki-laki yang hidup bersama tanpa ada tali pernikahan itu sama saja dengan pezina.

Menikah itu tidak enak, kata pak Ali guru saya, tapi uenaaak banget. Sebab prinsip dasar dari pernikahan adalah menghalalkan segala macam hubungan antara laki dan perempuan.

Sebelum menikah melihat, bersentuhan, dan memegang anggota tubuh perempuan diharamkan. Tapi setelah menikah memegang tangan istri dengan penuh kasih sayang akan memunculkan banyak pahala dan kebaikan yang memenuhi langit dan bumi. Bahkan menjimak istri digambarkan seperti membunuh jin. 

Mertua saya memberikan analogi yang sangat memikat mengenai pernikahan

Nek oleh tempe neng ndalan kekno bojone, oleh pupu oleh susu, oleh pipi, oleh lambe, kabeh kekno bojone.
"Kalau Nemu tempe di jalan kasihkan istri, Nemu paha, susu, pipi, bibir, kasihkan istri"

Maksudnya kalau di jalan bertemu orang cantik yang menampakkan semua daya tarik kecantikannya, pulanglah dan gaulilah istrimu.

Menikah adalah wujud tindakan manusia  yang bertanggung jawab. Setelah menikah seorang lelaki akan terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sementara yang perempuan ia boleh terus bekerja meskipun tidak wajib, atau menjaga anak dan harta suami dengan penuh amanah.

Orang yang sudah menikah akan memiliki rejeki yang dobel. Lihatlah saat laki-laki masih membujang. Gaji 5 juta sebulan kadang tak cukup untuk keperluannya selama satu bulan penuh. Tapi saat ia sudah menikah, jangankan 5 juta, berapa rupiah pun akan cukup memenuhi kebutuhan hidup orang satu keluarga.

Nasehat orang tua, menikah itu seperti menjadi alas/tatakan bagi tempat minum yang retak. Saat tanpa alas, air minum akan berceceran ke mana-mana. Tapi setelah menikah, air dari gelas akan tertampung dalam tatakan selain masih bisa diminum lagi, juga tidak akan mengotori meja.

Menikah juga menyebabkan kejelasan keturunan seseorang. Bisa dibayangkan bila seseorang diperbolehkan melakukan hubungan bebas. Maka akan lahir anak-anak yang lahir tanpa ayah yang jelas. Atau ia memiliki 5 anak tapi sulung semua. Sebab satu orang anak satu bapak.

Menikah juga menimbulkan kecenderungan manusia agar tunduk pada sebuah tatanan hukum yang berlaku. Sakinah, wawaddah, Rohmah.

Sakinah itu bermakna tenang, atau anteng dalam bahasa Jawa. Dimaksudkan agar setelah manusia tetap fokus pada satu titik, istri atau suaminya. Meskipun di luar sana banyak bertebaran manusia dengan wujud dan penampilan lebih sempurna ia harus tetap menerima istri atau suaminya sebagai makhluk yang paling sempurna.

Mawaddah memberikan memberikan power pada pasangan pengantin untuk saling memberi dan menerima. Memberikan rejeki dan pelayanan sesuai kemampuan dan menerimanya sebagai anugerah dan terus bersyukur atas semua pemberian sang pencipta.

Rohmah bermakna kasih sayang. Yang mengisyaratkan pada manusia untuk saling berbagi kasih sayang sesuai dengan kemampuan dan sesuai porsi masing-masing. Bahkan kasih sayang pun harus empan papan sesuai pada kebutuhan dan tempat yang telah Allah tetapkan.

Menikah itu memang penting sebab selain menyatukan banyak manusia yang tadinya bukan siapa-siapa menjadi saudara selamanya.

Dengan menikah nanti akan ada panggilan berbeda pada setiap orang yang terhubung karena akad pernikahan. Mertua, menantu, kakak ipar, adik ipar, anak, cucu, dan lain sebagainya. Kalau kita tidak menikah akan dapat julukan dari mana?

Yang jelas, saat kamu menikah aku akan datang bersama istriku meskipun kamu itu mantanku.

Memberi kado dan menyumbang lagu, lalu berjoget mengikuti irama dangdut koplo dari penyanyi yang kau undang di hari pernikahanmu...

Menikahlah segera, karena jam terus berdetak dan waktu terus berputar sebelum umurmu menutup kesempatan hidupmu untuk mencicipi nikmatnya Pernikahan.

Wassalam ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun