Terus terang saya memang sangat ingin memiliki anak laki-laki. Dan keinginan itu terhenti setelah melihat dan menikmati proses kelahiran putri saya yang ketiga, dan  meninggalkan kesan luar  biasa sampai sekarang.
Proses persalinan istri saya sebenarnya sangat mudah. Tapi masalah justru terjadi  setelah anak sudah berada di luar. Istri  harus dirawat di ruang ICU karena mengalami pendarahan hebat. Â
Dan kejadian ini membuat langkah saya untuk menimang bayi laki-laki pupus sudah.
Kami masih beruntung, masih diberi kesempatan hidup. Melihat pererjuangannya  yang  susah payah dan kehilangan banyak darah. Hingga dibutuhkan transfusi 33 kantong darah selama 4 hari di ICU membuat saya harus berfikir dua kali untuk punya anak lagi.
Terlebih istri saya menderita anemia, kekurangan darah.
Dari awal, dokter sepertinya sudah salah perhitungan mengenai hpl (hari perkiraan lahir. Mens terakhir di bulan November 2004, tapi bayi saya lahir bulan september 2005. Â Sebelas bulan berarti usia kandungan istri saat melahirkan.
Saat usia kandungan masih berumur 6 bulan kami beberapa kali melakukan USG. Terlihat bayi kembar yang lucu berenang dalam ketuban.
" Laki-laki semua pak", kata dokter seperti meyakinkan saya bahwa istri benar-benar akan melahirkan anak laki-laki.
Saat kandungan berumur 8 bulan, kami kembali mengunjungi dokter untuk melakukan USG, tapi Masya Allah, bayi yang satu tetap utuh dan bergerak, tapi kembaranya hanya terlihat seperti gumpalan daging yang besarnya mirip bayi.
"Bayi bapak sehat, jangan kawatir, dan itu bayi laki-laki pak", kata dokter sambil menepuk punggung saya.
Saya mulai kawatir dengan kondisi istri saya.
Saat bulan ke sembilan kami datang untuk periksa lagi. Dokter mengatakan bahwa hari kelahiran masih 2 bulan lagi.. loh??