"Wonten sing ditandu mas, kadose niku pimpinane"
(Ada yang ditandu mas, kelihatannya itu pimpinannya).
Ya jendral Soedirman memang dibawa menggunakan tandu oleh para TKR, naik gunung menuruni lembah saat masa perang kemerdekaan. Mungkin Seloprojo termasuk kampung yang dilalui saat gerilya.
Waktu kami disuguhi makanan khas pedesaan, Mbah Mahali seperti tidak tertarik. Beiau hanya mencomot sedikit nasi setelah itu tidak memakan apa-apa lagi.
Mbah Mbah Mahali kemudian menceritakan kondisi bapaknya yang makan hanya sedikit.
Bapak memang cara makannya begitu, sehari paling satu sendok atau dua sendok.
Bahkan Mbah Mahali pernah menjalani Poso Ngebleng  (tidak makan tidak minum ) selama satu Minggu.
"Sing maringi sehat kan rosa niku sanes pakanan, tapi Gusti Pangeran"
(Yang memberi kesehatan dan kekuatan itu  bukan makanan tapi  Tuhan Pencipta Alam).
Mbah Mahali juga jarang tidur, saya di rumahnya berkali-kali menguap. Tapi Mbah Mahali tetap terjaga dan tak terlihat kelelahan sedikitpun.
"Kulo nek turu ming nek rasa ngantuk mawon, nek mboten ngantuk nggih mboten tilem. Wong awan kalih dalu niku rasane sami"
(Saya kalau tidur ya kalau mengantuk saja. Kalau nggak ngantuk ya tidak tidur. Karena malam dan siang bagi saya tidak ada bedanya.
Mbah Ahmad yang menemani obrolan kami pun bercerita, kalau Mbah Mahali itu tidurnya hanya beberapa menit. Dan tidak harus di tempat tidur. Di kursi, di teras, bahkan di sawah pun beliau bisa terdudur beberapa menit.