Lalu  si bocah keluar dan membuat sayembara bagi siapapun yang bisa mencabut lidi yang ia tancapkan di tanah, maka akan diberikan hadiah dan ia akan menyingkir selamanya dari desa itu. Orang-orang tertawa mengejek. Seorang anak kecil mencoba menarik, tapi tak mampu. Seorang remaja mencoba mencabut, tapi juga tak mampu. Sampai seluruh orang terkuat di desa itu bersama-sama mencabut pun lidi tetap kokoh terpaku di dalam tanah.
Sampai akhirnya, hanya dengan dua jari si bocah  yang penuh kudis, lidi itu tercabut lalu keluarlah air dari dalam tanah yang makin lama makin membesar tak terkendali dan menenggelamkan desa itu bersama seluruh warganya. Dan siapakah yang selamat?
Tentu saja hanya sang nenek bersama kucing kesayangannya yang berwarna cokelat. Â
Ya .. cerita legenda ini masih melekat betul dalam benak saya. Dulu saya mendengarnya dari almarhum ibu, waktu saya masih seusia SD. Beliau selalu mengulang cerita rakyat ini bila saya malam susah tidur. Terkadang cerita belum selesai saya sudah pulas.Â
Terkadang cerita sudah selesai saya masih melek dan menimpali cerita ibu dengan komentar sesuai yang saya ingat. Terkadang pula ibu sudah mengantuk padahal ceritanya belum selesai. Atau kadang-kadang pula ceritanya sudah selesai kami belum juga ngantuk, yah.. namanya juga ibu dan anak haha.
Kembali ke wisata Bukit Cinta. Di luar sekarang sudah ada pasar wisata. Anda bisa berbelanja berbagai jenis ikan rawa baik yang sudah matang atupun yang masih mentah. Berbagai warung makan juga tersedia di sini dari mie ayam, bakso, nasi rames, popmie dan sebaginya.Â
Kalau anda sedang berada di jalur ini, cobalah sesekali mampir dan nikmati sensasi naik perahu di atas gundukan Enceng gondok pasti anda akan terkesan dan selalu ingat saya. Soalnya saya yang membuat cerita ini. hahaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H