Anak nomor 9, diadopsi oleh sebuah keluarga di Manado Sulawesi Utara . Dan entah bagiamana kabarnya sekarang karena hampir 40 tahun saya tak bisa mendengar kabarnya.
Anak nomor 10 meninggal di usia 6 tahun, karena penyakit polio dan menderita disentri akut yang terlambat penanganannya .
Anak nomor 11, tinggal di Magelang telah berkeluarga dan memiliki 4 orang putera.
Ibu meninggal dunia tahun 2004 karena penyakit stroke yang beliau derita. Melahirkan dan merawat 11 anak dalam kondisi yang serba  terbatas membuat ibu kehilangan banyak energi.
Tutup usia  52 Tahun meninggalkan 8 anak dan puluhan cucu, yang menangisi kepergiannya dengan penuh penyesalan dan haru.
Ibu, bagi saya tak hanya sesosok orang tua yang melahirkan dan mewujudkan keberadaan saya di dunia ini.
Ibu adalah teman diskusi saya yang paling kooperatif diantara anggota keluarga yang lain. Ibu yang selalu mengalah saat saya memohon makanan yang hampir masuk ke mulutnya dan malah masuk ke mulut saya karena saya minta.
Senakal apapun saya waktu kecil saya tidak pernah disakiti, ditabok, dicubit, apalagi sampai disakiti dengan benda tumpul.
Bagi saya sosok ibu meskipun dalam keterbatasan ekonomi yang membelit tetap berusaha menampilkan diri seperti tak pernah terjadi apa-apa. Â Ayah yang saat berdinas dan pulang tak membawa apa-apa pun tetap dilayani dengan penuh kemesraan.
Ayah saya pada masa itu sering tugas keluar kota karena proyek AMD (ABRI Masuk Desa).
Kesatuan yang terus berkeliling ke seluruh Indonesia dan membawa serta logistik dan peralatan itu yang membuat ayah saya selalu berpindah tempat bertugas dan jarang di rumah .
Maka tak jarang ayah saya selama 12 bulan pulang hanya sekali atau dua kali saja.
Itu yang membuat ibu kewalahan, saat ayah datang ibu sudah melahirkan, saat ayah pergi perut ibu sudah terisi kembali dengan janin baru.