Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu Secara Nasional. Sosok penuh kasih dan kelembutan yang melahirkan berbagai generasi dan ras ini ada dalam tiap kehidupan manusia.
Manusia ada karena ada ibu. Sebab ibarat tanaman ayah hanyalah seonggok benih yang takkan bermakna tanpa ada tanah yang merawat dan melindunginya.
Saya dilahirkan dari 11 bersaudara. Yang sejak kecil didera kemiskinan yang dahsyat.
Penghasilan ayah sebagai seorang Sipil militer (Zibang) waktu itu sungguh tak cukup memenuhi keperluan kehidupan kami.
Ada kalanya kami harus makan sehari sekali, atau dalam beberapa hari kami tak menemukan nasi. Dan hanya makan sesuatu dari ibu yang dibawa dari suatu tempat entah di mana itu.
Anak paling sulung menjalani kehidupan yang lebih baik karena dalam asuhan budhe yang kebetulan bersuamikan orang Belanda.
Anak nomor dua tak bisa sekolah karena ketiaadaan biaya. Sedangkan anak nomor 3 meninggal saat usianya masih 4 tahun karena terserang penyakit dan kami tak punya biaya untuk membawanya ke rumah sakit.
Anak nomor 5 hanya tamat SMP, tak lagi bisa melanjutkan karena dipaksa bekerja di luar kota ikut saudara.
Anak nomor 6 juga hanya tamat SMP dan terpaksa menikah dalam usia yang masih sangat muda karena  desakan orang tua dan keinginan dari fihak suami.
Anak nomor 7 meninggal di usia 8 tahun karena terkena penyakit tetanus akibat terjatuh dan virus memasuki tubuhnya tanpa terkendali melalui lukanya .
Anak nomor 8 inilah saya. Berhasil menikah dengan seorang gadis asal Magelang Jawa Tengah dan dikaruniai 3 orang Puteri