Selain itu, tidak jarang juga kualitas riset dilihat dari bagaimana luarannya (output) dapat dikomersialkan melalui industri. Â Konon, orang Indonesia gemar menggaungkan prinsip bahwa riset seharusnya dapat dirasakan manfaatnya oleh orang banyak dan adagium tersebut jadi kedok bahwa riset harus memiliki aplikasi lewat produk yang "menjual".Â
Tentu riset ilmu fundamental seperti yang dilakukan oleh Lembaga Eijkman tidak dapat serta-merta dilempar ke pasar sebagai produk. Penelitian IPA pada dasarnya tidak dapat dibajak oleh kepentingan apapun karena memang riset bersifat netral tapi bukan sekedar cek kosong. Riset senantiasa berorientasi pada kemanusiaan.
Kita harus ingat bahwa Kekaisaran Jerman pernah mengangkat Fritz Haber (Nobel Kimia 1918) sebagai pimpinan riset senjata kimia untuk digunakan selama Perang Dunia I dengan nasionalisme yang dipropagandakan untuk melawan Inggris, Perancis, dan Rusia. Inilah sedikit bukti bagaimana netralitas riset disalahgunakan sebagai manifestasi nasionalis-militeris ala monarki absolut Jerman.
Apapun ulasan dan diskusi yang kita berikan, memang tidak keliru menanggapi apa yang terjadi dengan Lembaga Eijkman dengan rasa sedih dan muram. Ya, berita muram di awal tahun...
Referensi:
1. Penjelasan BRIN soal Kabar Ilmuwan Eijkman Diberhentikan Tanpa PesangonÂ
2. Kata Kepala BRIN soal Pemberhentian Pegawai EijkmanÂ
3. Indonesia's science super-agency must earn researchers' trust
4. Malapetaka penelitian "berideologi": mengapa ilmu pengetahuan alam harus bebas dari kekangan politis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H