Mohon tunggu...
Maskur Abdullah
Maskur Abdullah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Trainer

Jurnalis dan trainer, tinggal di Medan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketika LSM Lingkungan Dicurigai Terapkan "Standar Ganda"

16 April 2019   05:50 Diperbarui: 16 April 2019   06:04 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran di sekitar lokasi tambang emas dan PLTA Batangtoru di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. (Foto/Google)

Sebagai salah satu produsen minyak kedelai, bahan baku biodiesel USA sebagian besar adalah minyak kedelai (biodiesel soya based). Menurut data USEIA (2017), pangsa minyak kedelai dalam biodiesel USA tahun 2016 mencapai 54,8 pesen, disusul recycle feed 12,5 persen, minyak jagung 11,7 persen lemak heawan 10,7 persen dan minyak kanola 10,3 persen (sawitindonesia.com, 25 April 2019).

Jadi wajar saja bila para petani dan pengusaha perkebunan sawit di Indonesia, mencurigai gerakan kampanye LSM dengan membawa isu lingkungan -- terkait minyak sawit dan sejumlah proyek strategis nasional, didasarkan pada persaingan dagang internasional. Sebagaimana diketahui, CPO selain bahan baku pangan dan kosmetik, juga merupakan bahan baku biodiesel.

Di Aceh, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Aceh, melalui Plh Ketuanya, Iqbal Pieng, meminta Pemerintah Indonesia untuk segera melakukan audit ke sejumlah LSM yang ditengarai telah melakukan black campaign (kampanye hitam) terhadap Indonesia, dengan mengatasnamakan lingkungan dan Orang utan (OU).

 "Harus diaudit aliran dananya. Pemerintah harus tau, dari mana saja sumber dana mereka. Dari lembaga mana saja dan dari perusahaan apa saja sumber dana mereka," kata Plh KADIN Aceh, Iqbal Pieng, sebagaimana dilansir dari KBA.ONE ( Rabu, 3 April 2019).

Kelompok petani sawit dan para pengusaha juga mengaku geram dengan kegiatan sejumlah aktivis LSM, yang dicurigai menjadi "corong" bagi pihak asing, untuk menyampaikan kampanye negatif tentang sawit dan sejumlah proyek strategis nasional (PSN) di Indonesia.

Bahkan seorang praktisi hukum di Sumatera Utara, Dr Abdul Hakim Siagian, menyebutkan, skenario besar untuk melemahkan Indonesia dengan "menggoreng" isu lingkungan, diduga telah dimainkan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dari negara lain (asing), terutama yang dibiayai LSM Eropa dan Amerika.

Terkait kampanye negatif tentang lingkungan dan Orang utan di Indonesia, Abdul Hakim Siagian mengatakan, kedaulatan negara harus dijunjung tinggi dan dihormati oleh siapa pun. Black campaign melalui isu lingkungan dan Orang utan merupakan skenario Eropa untuk melemahkan Indonesia,  kata Siagian ((Waspada, Selasa 2 April 2019).

Mantan anggota DPRD Sumut ini juga menuding sejumlah LSM dalam negeri yang telah menjadi bagian dari kampanye global melalui isu lingkungan dan Orang utan.

"Ini sesuatu yang menurut saya cukup memuakkan. Seolah-olah mereka ini tak ada cela, tak ada cacat dan seolah-olah tak ada salahnya, mereka suci. Padahal sumber dana mereka bisa jadi berlumuran darah, pelanggar HAM dan dari perusak lingkungan yang lebih parah," ujar Siagian.

Ada kecurigaan kepada beberapa LSM lingkungan, bahwa mereka telah melakukan peran "ganda," di satu sisi berkampanye untuk penyelamatan lingkungan, tapi di sisi lain berperan untuk kepentingan korporasi.

Misalnya Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), YEL (Yayasan Ekosistem Lestari) dan PanEco (LSM Swiss), yang akhir-akhir ini telah mengampanyekan kerusakan lingkungan dan ancaman kepunahan Orang utan, sebagai akibat keberadaan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Batangtoru di Tapanuli Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun