Dalam upaya redistribusi tanah dari petani kulit putih kepada penduduk asli Zimbabwe, banyak lahan yang dialokasikan kepada individu-individu yang tidak memiliki pengalaman dalam mengelola pertanian.Â
Hal ini mengakibatkan anjloknya produksi pangan nasional dan hilangnya sumber utama devisa.
Selain itu, korupsi yang merajalela di kalangan pejabat pemerintah memperburuk situasi. Banyak sumber daya yang seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat justru digunakan untuk kepentingan pribadi dan elite politik.Â
Akibatnya, masyarakat umum kehilangan akses ke layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan, serta sulit mendapatkan pekerjaan.
Ekonomi Zimbabwe Semakin Terpuruk Sejak 1980
Sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1980, Zimbabwe pada awalnya menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang positif.Â
Namun, kebijakan ekonomi yang buruk mulai merongrong stabilitas negara. Salah satu titik balik terburuk terjadi pada tahun 2000, ketika pemerintah mulai mencetak uang dalam jumlah besar untuk menutupi defisit anggaran.Â
Hal ini mengakibatkan inflasi melonjak tajam, mencapai puncaknya pada tahun 2008, dengan laju inflasi yang mencapai angka luar biasa sebesar 89,7 sekstiliun persen per bulan.
Krisis ini bukan hanya menghancurkan daya beli masyarakat, tetapi juga membuat perekonomian terhenti. Banyak perusahaan tutup, dan investasi asing pun kabur dari negara tersebut.
Tingkat Pengangguran yang Melonjak Drastis
Krisis ekonomi yang berkepanjangan ini menyebabkan lonjakan drastis dalam tingkat pengangguran di Zimbabwe. Pada puncaknya, tingkat pengangguran di negara ini mencapai lebih dari 90%.Â