Mohon tunggu...
Mas Kuncoro
Mas Kuncoro Mohon Tunggu... Guru - Profil Saya

Seorang Guru eSDe Yang Gemar Menulis di blog. Untuk mengikuti tulisan terbaru saya, silakan FOLLOW! Silakan tinggalkan komentar agar bisa saya kunjungi balik. Salam jabat erat!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Zimbabwe, Dari Jaya Menjadi Negara Termiskin, Apa yang Salah?

24 Oktober 2024   22:19 Diperbarui: 24 Oktober 2024   22:20 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mata uang Dollar Zimbabwe yang mengalami hyper inflasi (Sumber gambar: zimfact.org)

MASKUNCORO - Zimbabwe, sebuah negara yang dulunya dikenal sebagai "lumbung pangan Afrika" karena hasil pertanian yang melimpah, kini menjadi salah satu negara termiskin di dunia.

Pada puncaknya, Zimbabwe pernah memiliki potensi ekonomi yang besar, tetapi kini mengalami kemerosotan yang drastis. 

Pertanyaan yang sering muncul adalah: Bagaimana Zimbabwe bisa jatuh sedalam ini? Dan berapa nilai tukar yang mencengangkan dari mata uangnya sekarang?

1 Juta Dolar Zimbabwe Setara Rp 1

Hyperinflasi yang melanda Zimbabwe merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah dunia. Mata uang Zimbabwe kehilangan nilainya dengan kecepatan yang menakutkan. Pada puncak inflasi, uang 1 juta dolar Zimbabwe bahkan tidak cukup untuk membeli sepotong roti.

 Jika kita membandingkannya dengan rupiah, 1 juta dolar Zimbabwe hampir tidak ada artinya, karena nilainya telah anjlok hingga mencapai titik yang tidak lagi relevan di pasar internasional. 

Saat ini, 1 juta dolar Zimbabwe (ZWD) kira-kira setara dengan 1 Rupiah, atau bahkan kurang dari itu, karena mata uang Zimbabwe sudah tidak lagi digunakan secara resmi.

Alasan Zimbabwe Menjadi Negara Termiskin

Penyebab utama krisis ekonomi yang dialami Zimbabwe adalah kombinasi dari kebijakan ekonomi yang salah, korupsi, serta sanksi internasional. 

Namun, faktor yang paling menghancurkan adalah program reformasi tanah yang dilakukan oleh Presiden Robert Mugabe pada awal tahun 2000-an. 

Dalam upaya redistribusi tanah dari petani kulit putih kepada penduduk asli Zimbabwe, banyak lahan yang dialokasikan kepada individu-individu yang tidak memiliki pengalaman dalam mengelola pertanian. 

Hal ini mengakibatkan anjloknya produksi pangan nasional dan hilangnya sumber utama devisa.

Selain itu, korupsi yang merajalela di kalangan pejabat pemerintah memperburuk situasi. Banyak sumber daya yang seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat justru digunakan untuk kepentingan pribadi dan elite politik. 

Akibatnya, masyarakat umum kehilangan akses ke layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan, serta sulit mendapatkan pekerjaan.

Ekonomi Zimbabwe Semakin Terpuruk Sejak 1980

Sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1980, Zimbabwe pada awalnya menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang positif. 

Namun, kebijakan ekonomi yang buruk mulai merongrong stabilitas negara. Salah satu titik balik terburuk terjadi pada tahun 2000, ketika pemerintah mulai mencetak uang dalam jumlah besar untuk menutupi defisit anggaran. 

Hal ini mengakibatkan inflasi melonjak tajam, mencapai puncaknya pada tahun 2008, dengan laju inflasi yang mencapai angka luar biasa sebesar 89,7 sekstiliun persen per bulan.

Krisis ini bukan hanya menghancurkan daya beli masyarakat, tetapi juga membuat perekonomian terhenti. Banyak perusahaan tutup, dan investasi asing pun kabur dari negara tersebut.

Tingkat Pengangguran yang Melonjak Drastis

Krisis ekonomi yang berkepanjangan ini menyebabkan lonjakan drastis dalam tingkat pengangguran di Zimbabwe. Pada puncaknya, tingkat pengangguran di negara ini mencapai lebih dari 90%. 

Dengan begitu banyak orang kehilangan pekerjaan, daya beli masyarakat menurun drastis, dan sebagian besar penduduk hidup dalam kemiskinan yang parah. 

Sektor-sektor ekonomi yang vital, seperti pertanian dan industri, lumpuh, dan sedikit peluang kerja yang tersedia.

Tanpa akses ke pekerjaan yang layak, banyak warga Zimbabwe yang terpaksa meninggalkan negara mereka untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara-negara tetangga seperti Afrika Selatan. 

Migrasi besar-besaran ini juga memperparah situasi ekonomi Zimbabwe, karena tenaga kerja yang produktif meninggalkan negara tersebut.

Penutup

Zimbabwe adalah contoh nyata bagaimana kebijakan ekonomi yang buruk, dikombinasikan dengan korupsi dan salah urus negara, dapat meruntuhkan perekonomian suatu bangsa. 

Dari negara yang pernah berjaya sebagai salah satu ekonomi terkuat di Afrika, Zimbabwe kini berjuang untuk keluar dari kemiskinan yang ekstrem. 

Harapan satu-satunya bagi Zimbabwe adalah melalui reformasi menyeluruh, baik dari sisi ekonomi, politik, maupun sosial.

Negara ini telah menghadapi salah satu krisis terburuk dalam sejarah modern, tetapi dengan kebijakan yang tepat dan dukungan internasional, ada peluang untuk bangkit kembali dari keterpurukan ini.

Referensi:

1. "Zimbabwe's Economic Crisis: Causes and Consequences," Journal of Economic Perspectives, 2010.

2. Hanke, S. H., & Kwok, A. K. F. "On the Measurement of Zimbabwe's Hyperinflation," Cato Journal, 2009.

3. "Land Reform in Zimbabwe: A Failure or Success?" African Affairs, 2003.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun