Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aksi Pujangga Halim

8 Juni 2021   06:12 Diperbarui: 8 Juni 2021   06:30 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi Pujangga Halim

Sayidin Panotogomo eps 2

Putri Raisa diam diam menangis di dapur. Putri Raisa ingin menyembunyikan kesedihannya, karena desahan Adi, kepada Tante Ming, sangat mengganggu pikiran dan hatinya. 

Setelah Adi berdesah, Adi seperti bukan Adi yang dikenalnya lagi. Tak ada canda riang, apalagi senyuman mesra, yang biasa dilakukan Adi, jika Adi bangun. Apalagi kalau Putri Raisa sudah menyediakan wedang uwuh untuk Adi, biasanya tangan Adi lalu merangkul punggung Raisa. Setelah itu Adi akan menatap wajah Putri Raisa dengan penuh cinta, lalu membisikkan sesuatu di telinga Raisa.

"Cintaku, Raisa, sungguh bahagia Adi bisa memilikimu."

Bisikan sayang itu, tentu saja, membuat Putri Raisa tergeletak di pelukan Adi.

Namun tadi Adi hanya termenung, setelah berdesis tentang Tante Ming. Putri Raisa tahu Tante Ming memang cantik. Kulit Tante Ming putih bagai batu pualam. Laki-laki tentu tak akan melewatkan pandangannya, jika bertemu Tante Ming. Lalu bagaimana dengan Adi nanti jika bertemu dengan Tante Ming, lamun Putri Raisa.

"Astagfirullah. Ya Allah, ampuni hamba-Mu, yang lemah ini," desah Putri Raisa, sambil menghapus air matanya.

Ketakutan Putri Raisa terhadap Adi, yang mungkin saja akan terpikat Tante Ming, seharusnya tidak berasalan. Bukankah Tante Ming sewaktu lari bersama Ki Difangir, ayah kandung Adi, sedang dalam keadaan hamil. Tentu tidak mungkin Adi akan tergoda kepada ibu tirinya. Apa kata dunia, lamun Putri Raisa.

[Putri Raisa, bolehkan Ayahanda menghadap Paduka Raja Adi] japri Pujangga Halim via WA.

[Sebentar, Ayahanda, nanti Raisa tanyakan dulu agenda Paduka Raja Adi, hari ini.] Ayahanda  ingin menghadap Paduka Raja Adi, ada apa gerangan, pikir Putri Raisa.

***

"Begini, Paduka, dengan kita memiliki kegiatan Matraman Raya Menulis, maka Kerajaan Matraman Raya dapat membangkitkan motivasi masyarakat untuk berkarya. Semakin banyak masyarakat yang terlibat pada proyek Matraman Raya Menulis, pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan mereka. Suatu dampak yang bagus bagi keamanan, ketentraman, dan kesatuan Matraman Raya," seru Pujangga Halim yang diangkat oleh Adi sebagai Penasehat Khusus Kerajaan.

Adi pun menganggap kegiatan proyek Matraman Raya Menulis ini, bukan hanya untuk mendorong berkembangnya Dunia Literasi di Kerajaan Matraman Raya saja.  Namun proyek itu juga dapat mengurangi beban berat yang ditanggung Kerajaan, pada hasil-hasil pembangunan, yang belum dapat dinikmati oleh masyarakat banyak secara keseluruhan. 

Tentu saja Adi, sebagai Raja yang berkuasa penuh atas wilayah Kerajaan Matraman Raya, sangat bersukacita, kepada Pujangga Halim, ayah mertua, yang diangkatnya menjadi Penasehat Khusus Kerajaan.

Apalagi Adi tahu, bahwa Pujangga Halim tidak pernah mengatasnamakan diri pribadinya dalam setiap proyek yang dipimpinnya. Penjelasan Pujangga Halim kepada masyarakat, yang sering Adi lihat di layar TV adalah "Menurut Petunjuk Paduka Raja". Dengan demikian, nama Adi sebagai Raja Kerajaan Matraman Rayalah, yang harum di masyarakat. Tentu saja Adi sangat bangga dengan hal itu.

Namun Adi tidak tahu, bahwa terkadang Pujangga Halim memerintahkan satu dan lain hal kepada aparat, dengan berlindung motto "Menurut Petunjuk Paduka Raja". Hal itu membuat aparat tidak ada yang berani melawan perintah Pujangga Halim. Mereka takut dianggap akan melawan Paduka Raja Adi. Melawan Raja, dapat menjadi kasus hukum.

"Paman Pujangga Halim, apakah Paman Pujangga masih ingat dengan Tante Ming?" seru Adi, tiba-tiba.

Mendengar perkataan Adi itu, Putri Raisa yang berada di sebelah Adi, dadanya langsung terasa sempit. Ternyata memang Adi masih belum dapat menghilangkan rasa ingin tahunya dengan Tante Ming. Astagfirullah, ada apa dengan suamiku ini, pikir Putri Raisa.

"Paduka Raja, boleh Raisa mengambilkan minum wedang uwuh dulu, untuk Ayahanda Pujangga Halim," seru Putri Raisa untuk dapat menghilangkan gemetar badannya, yang sudah mulai merasuki dadanya.

"Oh. Ya. Paman Pujangga. Kemarin ada kiriman wedang uwuh baru dari Ibunda Putri Biyan dari Jogja. Bagus juga kita nikmati bersama, sambil saya mendengarkan cerita Paman Pujangga tentang Tante Ming," seru Adi.

Mendengar kata-kata Adi, Putri Raisa segera pergi ke belakang, tanpa permisi. Putri Raisa takut air matanya yang mulai menetes, terlihat oleh Adi dan ayahandanya Pujangga Halim. Sesampai di dapur Putri Raisa membuatkan wedang uwuh itu sendiri. Putri Raisa juga tidak ingin kesedihannya terlihat oleh pelayan kerajaan. Namun Putri Raisa tidak mengetahui jika gerak geriknya ternyata diperhatikan oleh Niki, pelayan utama Kerajaan Matraman Raya.

Niki pun segera mengirimkan desas desus, bahwa Putri Raisa bersedih, karena tidak dapat hamil. Kontan saja, hebohlah, berita itu di luar istana. Raja Adi ternyata tidak dapat memperoleh keturunan, karena Putri Raisa mandul. Tentu saja berita itu langsung diviralkan oleh kelompok "Pokoke nJondil" binaan Miss Tami Zen. 

Miss Tami Zen ingin kembali ke pusat ke kekuasaan Istana Kerajaan Matraman Raya. Isu panas Putri Raisa mandul ini signifikan untuk menjadi pintu masuk berkembangnya gerakan "Pokoke nJondil" lagi di masyarakat. Jika gerakan itu semakin lama semakin besar, tentu saja dapat dimanfaatkan oleh Miss Tami Zen untuk berunding dengan pihak Istana.

Selama ini ring Istana Matraman Raya, hanya tertumpu kepada Pujangga Halim. Miss Tami Zen belum mampu membuat gerakan "Pokoke nJondil" menjadi besar, karena mereka sulit masuk ke dalam kelompok binaan Pujangga Halim. Kelompok binaan Pujangga Halim mendapatkan dana besar untuk melancarkan operasinya. Sementara dukungan investor Jepang kepada Miss Tami Zen mulai surut.

"Paduka Raja, kok tiba-tiba teringat kepada Tante Ming, ada apa?" tanya Pujangga Halim khawatir. Sebagai orang tua kandung dari Putri Raisa, Pujangga Halim secara telepati dapat merasakan kesedihan Putri Raisa.

"Ah, nggak apa-apa kok, Paman Pujangga. Lagian Tante Ming kan sedang bersama Ayahanda Ki Difangir," seru Adi. "Namun memang yang Adi ingat, Paman Pujangga Halim itu dekat dengan Tante Ming," tambahnya.

"Itu betul," jawab Pujangga Halim.

"Kami dulu kan pernah sama-sama belajar di Perancis," tambah Pujangga Halim.

"Kami sepakat pada saatnya, jika sudah kembali ke tanah air, maka kami akan menggerakkan Dunia Literasi. Salah satu dari ide kami berdua adalah proyek Matraman Raya Menulis," jelas Pujangga Halim. Pujangga Halim ingin aksinya Matraman Raya Menulis dapat cepat terlaksana. Pujangga Halim sudah membayangkan besar dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek mega itu.

Dengan Raja Adi membuka pembicaraan tentang Putri Ming, Pujangga Halim dapat mendesak Adi itu untuk segera menyetujui aksinya. Adi sendiri tanpa disadarinya, masuk ke dalam jebakan yang diciptakan Pujangga Halim untuk memuluskan askinya. Adi tertarik untuk dapat memperoleh informasi tentang Tante Ming dari Pujangga Halim, ayah mertuanya.

"Paman, apakah tidak sebaiknya, Adi mencari keberadaan Tante Ming, sementara masyarakat tolong diberi pengarahan tentang pelaksanaabn kegiatan proyek mega Matraman Raya Menulis!" perintah Adi.

"Baik, Paduka Raja Adi. Pujangga Halim siap laksanakan," seru Pujangga Halim gembira, untuk kepentingannya Pujangga Halim melupakan rasa duka yang tadi dia lihat ada pada Putri Raisa, Permaisuri Raja Adi, putri kandungnya.

"Tolong sampaikan hal itu kepada Putri Raisa, paman Pujangga. Adi tidak ingin kepergian Adi menjadi viral di medsos!" perintah Adi kepada Pujangga Halim, sambil melompat ke luar pagar istana menggunakan ilmu ginkangnya.

docpri
docpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun