Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aksi Pujangga Halim

8 Juni 2021   06:12 Diperbarui: 8 Juni 2021   06:30 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

"Begini, Paduka, dengan kita memiliki kegiatan Matraman Raya Menulis, maka Kerajaan Matraman Raya dapat membangkitkan motivasi masyarakat untuk berkarya. Semakin banyak masyarakat yang terlibat pada proyek Matraman Raya Menulis, pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan mereka. Suatu dampak yang bagus bagi keamanan, ketentraman, dan kesatuan Matraman Raya," seru Pujangga Halim yang diangkat oleh Adi sebagai Penasehat Khusus Kerajaan.

Adi pun menganggap kegiatan proyek Matraman Raya Menulis ini, bukan hanya untuk mendorong berkembangnya Dunia Literasi di Kerajaan Matraman Raya saja.  Namun proyek itu juga dapat mengurangi beban berat yang ditanggung Kerajaan, pada hasil-hasil pembangunan, yang belum dapat dinikmati oleh masyarakat banyak secara keseluruhan. 

Tentu saja Adi, sebagai Raja yang berkuasa penuh atas wilayah Kerajaan Matraman Raya, sangat bersukacita, kepada Pujangga Halim, ayah mertua, yang diangkatnya menjadi Penasehat Khusus Kerajaan.

Apalagi Adi tahu, bahwa Pujangga Halim tidak pernah mengatasnamakan diri pribadinya dalam setiap proyek yang dipimpinnya. Penjelasan Pujangga Halim kepada masyarakat, yang sering Adi lihat di layar TV adalah "Menurut Petunjuk Paduka Raja". Dengan demikian, nama Adi sebagai Raja Kerajaan Matraman Rayalah, yang harum di masyarakat. Tentu saja Adi sangat bangga dengan hal itu.

Namun Adi tidak tahu, bahwa terkadang Pujangga Halim memerintahkan satu dan lain hal kepada aparat, dengan berlindung motto "Menurut Petunjuk Paduka Raja". Hal itu membuat aparat tidak ada yang berani melawan perintah Pujangga Halim. Mereka takut dianggap akan melawan Paduka Raja Adi. Melawan Raja, dapat menjadi kasus hukum.

"Paman Pujangga Halim, apakah Paman Pujangga masih ingat dengan Tante Ming?" seru Adi, tiba-tiba.

Mendengar perkataan Adi itu, Putri Raisa yang berada di sebelah Adi, dadanya langsung terasa sempit. Ternyata memang Adi masih belum dapat menghilangkan rasa ingin tahunya dengan Tante Ming. Astagfirullah, ada apa dengan suamiku ini, pikir Putri Raisa.

"Paduka Raja, boleh Raisa mengambilkan minum wedang uwuh dulu, untuk Ayahanda Pujangga Halim," seru Putri Raisa untuk dapat menghilangkan gemetar badannya, yang sudah mulai merasuki dadanya.

"Oh. Ya. Paman Pujangga. Kemarin ada kiriman wedang uwuh baru dari Ibunda Putri Biyan dari Jogja. Bagus juga kita nikmati bersama, sambil saya mendengarkan cerita Paman Pujangga tentang Tante Ming," seru Adi.

Mendengar kata-kata Adi, Putri Raisa segera pergi ke belakang, tanpa permisi. Putri Raisa takut air matanya yang mulai menetes, terlihat oleh Adi dan ayahandanya Pujangga Halim. Sesampai di dapur Putri Raisa membuatkan wedang uwuh itu sendiri. Putri Raisa juga tidak ingin kesedihannya terlihat oleh pelayan kerajaan. Namun Putri Raisa tidak mengetahui jika gerak geriknya ternyata diperhatikan oleh Niki, pelayan utama Kerajaan Matraman Raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun