Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Surat Perjanjian

6 Desember 2019   12:57 Diperbarui: 6 Desember 2019   13:04 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

sebelumnya

SURAT PERJANJIAN
Kemarahan Prabu Salya terhadap Adipati Karna memang tak terbendung. Di tengah tengah Sidang Paripurna Istana Kerajaan Astina, Prabu Salya langsung merangsek ke depan, berhadap-hadapan dengan Adipati Karna.

Sambil minta pengertian Prabu Duryudana, Prabu Salya menunjuk nunjuk muka Adipati Karna, sambil berteriak keras, membuat Sidang Paripurna Istana Kerajaan Astina semakin mencekam.

Keringat dingin  menetes dari dahi Adipati Karna, bahkan sampai tubuhnya menggigil, mendengar muntahan amarah Prabu Salya. Prabu Salya menantang perang Adipati Karna.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari alun alun, ada Cahaya berkilauan turun di alun alun. Kereta Jaladara yang menghantarkan Prabu Kresna didampingi Empat Dewa mendarat, bagai UFO.

Sorak sorai bergemuruh menggema bersahut sahutan:

"Utusan Terakhir Pandawa telah datang."

"Prabu Kresna telah datang ke Astina."

Sampai akhirnya, salah seorang punggawa dengan terengah engah melapor kepada Prabu Duryudana, menyampaikan bahwa Prabu Kresna telah datang diiringi Empat Dewa.

Kontan saja suasana Sidang Paripurna menjadi riuh rendah. Perhatian peserta sidang paripurna tertuju kepada Sri Kresna, Utusan Terakhir Pandawa.

Melihat hal itu, diam diam Adipati Karna beringsut minggir, sambil seolah-olah ingin menjemput untuk menghormati Tamu Agung yang datang sebagai Utusan Terakhir Pandawa Prabu Kresna. Padahal maksud sesungguhnya adalah ingin menghindar dari desakan Prabu Salya Raja Mandaraka. Begitu ramainya orang dengan kedatangan Prabu Kresna ke Negeri Astina, upaya Adipati Karna untuk ke luar Istana menjadi suatu hal yang tidak sukar.

Begitu sampai di Istana kerajaan Astina, Prabu Kresna langsung diminta menjelaskan maksud dan tujuannya untuk berunding, di sidang paripurna. Prabu Kresna juga memberi-tahukan bahwa kedatangannya diiringi Empat Dewa.

Empat Dewa yang tidak akan memihak dalam perundingan, tidak akan mengintervensi, tetapi Empat Dewa akan menjadi Saksi.

"'Yayi' Prabu Duryudana. sesungguhnya kedatangan Kakandamu Kresna ini, bukan karena kemauan sendiri, akan tetapi karena ditugaskan sebagai Utusan Terakhir.

Utusan Para Pandawa yang harus dapat melakukan tugasnya secara tuntas tas.

Namun begitu tidak lupa, Kakandamu Kresna menyampaikan salam taklim dari Para Pandawa kepada 'Yayi' Prabu Duryudana, sekalian menyampaikan maaf dari Para Pandawa yang tidak dapat menjumpai 'Yayi' Prabu Duryudana."!jelas Prabu Kresna.

"Nggih." balas Prabu Duryudana.

"Di samping itu, Para Pandawa sangat berharap bahwa Prabu Duryudana hendaknya dapat menyejahterakan kehidupan rakyat di negeri Indraprasta dan negeri Astina. Karena menurut kabar yang diterima para Pandawa, sekarang hidup di bawah kepemimpinan Prabu Duryudana sangat sulit. 

Harga BBM harus mengikuti harga pasar, tarif dasar listrik mungkin juga akan disesuaikan, terjadinya defisit neraca perdagangan, padahal dana infrastruktur untuk menggenjot ekspor sudah luar biasa besar, fluktuasi dollar juga tidak terduga, penetrasi pasar untuk mengerem lonjakan kurs masih belum optimal.

Yang menyedihkan adalah banyak keperluan yang dibutuhkan masyarakat banyak harus diimpor. 'Tumplek bleg' Yayi Prabu Duryudana." ujar Prabu Kresna.

Mendengar hal itu, Prabu Duryudana tersinggung, mengingat di Pasowanan Agung Kerajaan Astina, sebagai Raja Kerajaan Astina yang sangat berkuasa, kok diberi laporan oleh pihak lain yaitu Pandawa, bukan oleh bawahannya sendiri. Padahal Pandawa sudah lama hidup di hutan selama 12 tahun dan selama setahun menyamar sebagai masyarakat biasa di negara lain.

"Dari mana Pandawa mendapatkan info itu." sergah Prabu Duryudana.

"Padahal di Kerajaan Astina hanya pejabat tertentu yang boleh menggunakan fasilitas internet. Apalagi untuk konten konten khusus. Hanya Prabu Duryudana dan kalangan dekat saja yang boleh mendapatkan kode prefered servernya. Apalagi menurut laporan pernah pula dilakukan shut down.

Mungkin Pandawa mendapatkan info dari medsos, Kanda Prabu. Sekarang ini sudah terlalu banyak berita beredar di medsos yang tidak dapat dipercaya.

Ngaco kali, pendapat Pandawa itu, Kakanda Prabu Kresna." tegas Prabu Duryudana.

"Kalau begitu." seru Prabu Kresna.

"Pandawa telah berpesan untuk menagih janji 'Yayi' Prabu Duryudana, agar dapat menyerahkan kembali Kerajaan Indraprasta dan separuh belah semangka Kerajaan Astina kepada Pandawa." tegas Prabu Kresna.

"Saya pikir pikir, aneh Kakanda Prabu Kresna." sebut Prabu Duryudana.

"Anehnya di mana Yayi Prabu Duryudana?" tanya Prabu Kresna.

"Ya, kan aneh 'to' Kakanda Prabu Kresna ini." lanjut Prabu Duryudana.

"Kan dulu wilayah itu sudah dijadikan barang taruhan waktu main dadu. Sudah kalah, miliknya sudah diberikan kepada yang menang, ya sudah.

Aneh kan, barang yang sudah diberikan kok diminta lagi." seru Prabu Duryudana.

"Oh begitu." kata Prabu Kresna.

Masalah berita, dibilang hoaks, masalah janji dibilang ngrumpi, pikir Prabu Kresna. Bisa gagal tugas sebagai Itusan Terakhir kalau begini, cara berundingnya.

Prabu Kresna langsung berganti pola dengan menunjukkan data dan fakta:

"Sri Batara Kresna ini, mau ditugaskan menjadi Utusan Terakhir karena mempunyai bukti. Ini surat perjanjian siapa yang menyetujui kalau semua hukuman sudah dijalani Pandawa, wilayah yang dijadikan taruhan serta separuh kerajaan Astina diberikan kepada Pandawa!

Surat Perjanjian ini siapa yang menandatangani Yayi Prabu Duryudana ?" tegas Prabu Kresna.

Melihat hal itu, Sang resi Bhisma segara mengingatkan kembali Prabu Duryudana, mengenai usulnya, untuk mengembalikan hak-hak Pandawa dan hidup tenang damai antara sesama keluarga, Pandawa dan Kurawa.

Karena Prabu Kresna sudah membawa bukti Surat Perjanjian yang telah ditanda tangani kedua belah Pihak yaitu Pandawa dan Kurawa. Pandawa ditandatangani Prabu Puntadewa sedang Kurawa ditandatangani oleh Prabu Duryudana sendiri. Prabu Duryudana tidak dapat mengelak lagi.

Tiba-tiba menyeruak ke luar dari dalam Istana Kerajaan Astina, dan sambil menangis dengan suara menghiba berkata kepada Prabu Duryudana, bahwa sebaiknya Prabu Duryudana segera memenuhi permintaan Pandawa untuk mengembalikan Kerajaan Indraprasta dan separuh belah semangka Kerajaan Astina.

Ibunda Prabu Duryudana, Dewi Gendari, mengingatkan kepada Prabu Duryudana. Sebagai  Ibu, Dewi Gendari ingin melihat keluarga Pandawa dan Kurawa hidup rukun layaknya sebagai keluarga besar.

Prabu Duryudana  terdesak, tidak ada lagi alasan yang dapat dipergunakan lagi untuk tidak mengembalikan Kerajaan Indraprasta dan separuh belah semangka Kerajaan Astina kepada Pandawa. Ibundanyapun Dewi Gendari meminta hal itu. Prabu Duryudana akhirnya menandatangani Surat Perjanjian itu. Sebagai tanda bahwa Kerajaan Indraprasta dan separuh belah Kerajaan Astina diserahkan kepada Pandawa.

Begitu selesai menandatangani Surat Perjanjian itu, Prabu Duryudana segera menggesa kepada Ibundanya Dewi Gendari untuk  masuk ke Istana Kerajaan Astina.

Syahdan setelah Surat Perjanjian ditanda-tangani Prabu Duryudana, maka Dewa Kaneka Putra segera memberikan kesaksiannya terhadap hasil perundingan yang terjadi antara Utusan Terakhir Pandawa Prabu Batara Kresna dengan Prabu Duryudana dari Kurawa.

"Angger Prabu Duryudana, 'Ulun' sudah menyaksikan bahwa Surat Perjanjian sudah ditanda-tangani oleh Prabu Duryudana. Itu berarti Angger Prabu Duryudana sudah rela menyerahkan kembali wilayah Kerajaan Indraprasta dan separuh belah semangka Kerajaan Astina kepada Pandawa. Dengan demikian Perang Bharatayuda tidak terjadi.

Ulun sendiri yang menyaksikan hal ini.

Ulun akan melaporkan hal ini kepada Pukulun Batara Guru.

Baiklah Ngger, Ulun berangkat makayangan."

Empat Dewa yang bertugas menjadi saksi itu pun meninggalkan sidang paripurna menuju khayangan nJonggring Salaka, karena menganggap tugasnya sudah selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun