Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Ramalan Joyoboyo (4)

25 Oktober 2018   10:05 Diperbarui: 25 Oktober 2018   10:59 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.divertone.com

sebelumnya

Mbesuk yen wis ono kreto tanpa jaran

Tanah Jowo kalungan wesi

Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang

Kali ilang kedhunge

Pasar ilang kumandange

Iku tondone yen tekane jaman Joyoboyo wis cedhak

Bumi soyo suwe soyo mengkeret

Sekilan bumi dipajeki

Jaran doyan mangan sambel

Wong wadon nganggo pakeyan lanang

Wong lanang koyo wong wadon

Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman

Itu tanda tanda akan menemui membolak baliknya jaman

Akeh janji ora ditetepi

Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe

Menungso podho seneng nyalah

Ora ngendahake aturaning Gusti

Tidak mematuhi aturan Allah SWT

Barang jahat diangkat-angkat

Tidak lagi peduli pada kompetensi. Siapa yang cepat, kuat, dia dapat. Bukan rahasia, kalau ternyata nanti baru ketahuan kalau dia jahat. Kalau pun tahu dia jahat, sebelum menjadi keputusan yang berwenang, tidak masalah kalau diangkat. Barang jahat diangkat-angkat. Orang berpangkat disanjung puji. Orang terkenal di media dipuja puja.  

Barang suci dibenci

Tidak demikian halnya dengan orang yang berjuang pada jalan sunyi. Jalan yang ditempuh karena ingin mendapat ridhlo Illahi Robbi. Berusaha keras untuk dapat menjadi suci. Namun justru terkadang justru orang orang yang  mencoba menempuh jalan suci itu dibenci, dibully.

Akeh menungso mung ngutamakke duwit

Banyak orang hanya mengutamakan uang. Sampai ada ungkapan "ada uang, abang disayang". Tentu tidak ada uang abang ditendang. Uang, materi menjadi ukuran. Harta benda, rumah mewah, mobil, jabatan, tanah di sana sini, menjadi idola. Bagaimana bisa tidak ?  Karena bagi banyak orang, waktu saja, adalah uang.   

Lali kamanungsan

Dampak serius gaya hidup mengutamakan materi, salah satunya dapat menghilangkan rasa empati dalam diri. Mengejar harta, kekuasan, kemewahan, kemegahan sering membuat orang  lupa diri. Tidak lagi mengingat sifat sifat hakiki kemanusiaan. Sering ingkar janji.  Suka melanggar sumpah. Senang saling salah menyalahkan satu sama lain. Lupa anjuran aturan Illahi Robbi, sebagai manusia hanyalah makhluk ciptaan Allah Subhana Wa Ta'ala. 

Lali kabecikan

Banyak orang demi mengejar pangkat dan jabatan untuk memperoleh harta, lupa pada usaha usaha yang baik. Banyak orang lupa tentang kebaikan dalam memperoleh tujuan. Boleh dikatakan semua cara dihalalkan jika untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ungkapan mencari barang haram saja susah apalagi yang halal, menjadi lelucon  tapi sering dilakukan. 

Lali sanak lali kadang

Lupa sanak saudara. Demi mencapai tujuan yang diinginkan lupa sanak saudara. Kalau perlu kawan bahkan mungkin keluarga disingkirkan. Semua  boleh dikorbankan untuk tujuan mendapatkan kedudukan. Pangkat, jabatan dan harta menjadi tujuan. Nilai nilai luhur tentang amal sholeh, amar makruf nahi munkar ditinggalkan. 

Kepingine mung urip mukti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun