Ancaman Maut Rahwana
Rahwana tak habis pikir dengan Shinta. Semua sudah dikorbankan Rahwana untuk mendapatkan cinta Shinta, namun Shinta tetap bergeming. Tak satu pun kata kata Rahwana yang diacuhkan Shinta. Shinta justru mengancam Rahwana:
"Jangan mendekat Baginda." seru Shinta.
"Kalau Baginda berani mendekat, Shinta akan mengakhiri hidup Shinta dengan tusuk konde ini." ancam Shinta.
"Duh orang cantik sedunia. Jangan kau begitu. Kurang percaya apalagi kau kepadaku, wahai putri cantik jelita, Shinta ?
Semua sudah kukorbankan untukmu. Orang orang yang dekat kepadaku sudah gugur di medan perang karena mereka membelaku. Mereka tahu bahwa aku betul betul mencintaimu tanpa syarat. Aku bersedia memenuhi permintaanmu. Aku bahkan tak mau mengganggumu, walau pun itu suatu hal mudah kulakukan. Kekuasaan dan kesaktianku tanpa batas untuk sekedar membuatmu tak berdaya dalam genggamanku.
Tapi hal itu tak kulakukan. Kau tahu Dewi ? Aku terlalu mencintaimu. Aku ingin kau juga mencintaiku dengan seluruh jiwa ragamu. Aku akan buktikan bahwa aku setia kepadamu. Aku mau mendengarkanmu. Aku tidak akan berbuat kasar kepadamu. Aku akan memenuhi semua permintaanmu. Asal kau mau menerima cintaku, Dewi.
Dewi ? Dewi Shinta. Apakah kau masih mendengarkan ucapanku ? tanya Rahwana, sambil mencoba mendekatkan dirinya kepada Dewi Shinta.
"Aku mau mandi Baginda." seru Shinta.
"Gerah badanku mendengar rayuan maut Baginda." tambah Shinta.
"Mandi. Mandilah Dewi. Kau tentu akan semakin bercahaya jika sudah mandi. Kilau pualam tubuhmu akan membuatku semakin jatuh cinta. Mandilah Dewi." seru Rahwana.
"Tapi ingat jangan sekali sekali Baginda mendekat." sergah Shinta.
"It's okey. Kalau itu kemauanmu Dewi. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkanmu, bahwa aku sangat mencintaimu." tegas Rahwana.
"Duh cantiknya dirimu Dewi." kata Rahwana setelah melihat Shinta selesai mandi.
Tidak sia sia pengorbanan adikku Sarpakenaka. Tidak sia sia perjuangan adikku Kumbakarna untuk membela negara. Kalau aku dapat memperoleh cintamu.
Tapi waktu yang tersiksa tinggal sedikit Dewi. Pasukanku sudah terdesak oleh gerakan pasukan Rama. Untuk itu aku ingin memastikan pada diriku sendiri. Dewi. Mau kah Dewi menerima cintaku ?" sapa Rahwana.
"Aku lapar Baginda." kata Shinta.
"Duh. Dewi, kasihan sekali dirimu. Sungguh aku lupa dan khilaf. Bagaimana aku bisa mendapatkan cintamu, kalau kau dalam keadaan lapar dan haus. Ayo makan lah sepuasmu Dewi. Supaya energimu kembali dapat memancarkan sinar cinta." kata Rahwana, sambil menyuruh pelayan kerajaan untuk menyediakan makan dan minum untuk Shinta.
"Dewi, semua kekalahan yang kerajaan Alengka ini dapat terjadi, karena penghianatan adikku yang tampan dan pandai Wibisana. Kata kata Wibisana memang terkenal bijak dan dapat membuat pembangunan negara berjalan on the right track. Tapi Wibisana telah melakukan kesalahan besar. Ya. Wibisana menentang pendapatku. Wibisana tidak mau mendukung usahaku untuk dapat membuatmu jatuh cinta kepadaku Dewi. Wibisana ku usir dari istana karena menentang pendapatku.
Oh oooooh. Dewi. Jangan ragu lagi terhadap cintaku. Semua sudah kukorbankan hanya untuk memperoleh cintamu kepadaku. Dewi.
Dewi Shinta, masihkah kau mendengar suaraku ?" tanya Rahwana.
"Baginda, aku lelah, aku mau tidur." kata Shinta.
"Dewi. Jangan main main kepada Rahwana. Berita yang baru saja kuterima dari WA. Kerajaan telah dikepung oleh pasukan kera yang dipimpin Rama.
Tapi kau perlu tahu Dewi. Sebelum kau berangkat untuk tidur. kau harus tahu siapa Rahwana. Aku Rahwana Raja yang sakti mandraguna. Tidak bisa mati. Maka jangan kau berharap Rama akan mampu membebaskanmu dariku, Dewi.
Kau boleh tidur. Namun begitu kau bangun, Rama sudah tidak akan dapat kau temui lagi. Tidak ada yang dapat membunuh Rahwana di jagad raya ini.
Dan kau Dewi, akan menjadi milikku selama-lamanya ....hahaha ...hahaha...hahaha..." teriak Rahwana sambil terbang meninggalkan Shinta sendirian.
Shinta tidak bisa tidur memikirkan kata-kata Rahwana.
Benarkah Rahwana tidak dapat mati ? Apakah kakanda Rama akan dapat selamat dari kesaktian Rahwana ? Bagaimana nanti kalau sampai yang dikatakan Rahwana itu benar. Bagaimana lagi aku harus menghindar dari keinginan Rahwana untuk menjamahku. Selama ini semua usahaku untuk menghindar dari Rahwana, dapat kulakukan karena Rahwana ingin menunjukkan cintanya kepadaku. Cinta Rahwana kepadaku, membuat aku masih suci, walau terkena tahanan rumah.
Rahwana ? Benarkah dia memang betul betul mencintaiku ?
Malam itu Shinta tidak dapat tidur, seperti malam malam biasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H