"Tapi ingat jangan sekali sekali Baginda mendekat." sergah Shinta.
"It's okey. Kalau itu kemauanmu Dewi. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkanmu, bahwa aku sangat mencintaimu." tegas Rahwana.
"Duh cantiknya dirimu Dewi." kata Rahwana setelah melihat Shinta selesai mandi.
Tidak sia sia pengorbanan adikku Sarpakenaka. Tidak sia sia perjuangan adikku Kumbakarna untuk membela negara. Kalau aku dapat memperoleh cintamu.
Tapi waktu yang tersiksa tinggal sedikit Dewi. Pasukanku sudah terdesak oleh gerakan pasukan Rama. Untuk itu aku ingin memastikan pada diriku sendiri. Dewi. Mau kah Dewi menerima cintaku ?" sapa Rahwana.
"Aku lapar Baginda." kata Shinta.
"Duh. Dewi, kasihan sekali dirimu. Sungguh aku lupa dan khilaf. Bagaimana aku bisa mendapatkan cintamu, kalau kau dalam keadaan lapar dan haus. Ayo makan lah sepuasmu Dewi. Supaya energimu kembali dapat memancarkan sinar cinta." kata Rahwana, sambil menyuruh pelayan kerajaan untuk menyediakan makan dan minum untuk Shinta.
"Dewi, semua kekalahan yang kerajaan Alengka ini dapat terjadi, karena penghianatan adikku yang tampan dan pandai Wibisana. Kata kata Wibisana memang terkenal bijak dan dapat membuat pembangunan negara berjalan on the right track. Tapi Wibisana telah melakukan kesalahan besar. Ya. Wibisana menentang pendapatku. Wibisana tidak mau mendukung usahaku untuk dapat membuatmu jatuh cinta kepadaku Dewi. Wibisana ku usir dari istana karena menentang pendapatku.
Oh oooooh. Dewi. Jangan ragu lagi terhadap cintaku. Semua sudah kukorbankan hanya untuk memperoleh cintamu kepadaku. Dewi.
Dewi Shinta, masihkah kau mendengar suaraku ?" tanya Rahwana.
"Baginda, aku lelah, aku mau tidur." kata Shinta.