Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cita-cita Tak Harus Setinggi Langit

13 September 2018   12:01 Diperbarui: 20 September 2018   13:02 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(matatarantula.com)

"Dinda Pembayun yang manis, apa kabar, tuh kakak bawakan sajadah kecil buatan Turki." salam Muthiah.

"Langsung dari Turki, mbak Muthia ?" tegas Putri Pembayun

"Hemmm. Nggak juga sih, mbak beli di tanah air. Untuk praktisnya saja." jawab Muthiah.

"Ya. Kirain, langsung dari Turki. Mbak Muthi kayak para jemaah haji deh. Beli oleh oleh di tanah air, tapi bilang kalau oleh oleh dari tanah suci." seloroh Putri Pembayun.

"Pembayun, pergi sana, main hp saja. Datang datang udah nggak sopan sama Tamu dari jauh. Mending ucapkan terima kasih sudah dikasih oleh oleh. Bersyukur Alhamdulillah, mbak Muthia masih ingat sama kamu. Eh malah nyindir. Ayo istighfar. Minta maaf sama mbak Muthi." sergah Bunda Fitri.

"Lho, kan Pembayun hanya bilang kirain langsung dari Turki. Atau kalau oleh oleh orang pulang haji langsung dari tanah suci. 

Ya. Hadiah nya kita terima. Usahanya mengingat kita dengan membeli oleh oleh walau pun di tanah air tetap mendapat pahala. Tapi maaf maaf, kalau pulang haji beli beli olehnya di tanah air, berkah dari tanah sucinya nggak dapet." jawab Putri Pembayun.

"Boleh juga nih visi Pembayun." sela Muthiah.

"Pembayun mana punya visi, mbak Muhti. Orang masih suka main hp saja. 

Visi itu juga cita cita untuk masa depan. Cita cita yang terukur. Banyak orang membuat visi yang muluk muluk supaya nampak hebat. Namun sayangnya visi yang ditentukan tidak terukur, sehingga untuk mencapai visi tersebut menjadi suatu hal yang mustahil.

Visi harus dapat diturunkan menjadi misi-misi yang jelas dan bertahap untuk dapat mencapai visi. Bukan hanya sekedar ditulis biar keren. Seperti pembicaraan tadi, menggantungkan cita cita setinggi langit. Tanpa tahu bagaimana cara mencapainya." jelas Bunda Fitri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun