"Baru saja, dia pergi ke toilet, Bu"
Kurang ajar. Sampai pergi ke toilet pula dia. Awas kamu Adhieyasa, aku tidak akan memaafkanmu kalau kamu sempat berbuat kurang ajar kepadaku. Lima meraba seluruh pakaiannya, masih lengkap seperti waktu dipakai tadi. Tidak ada yang berubah satu pun. Ngapain Adhieyasa itu pergi ke toilet. Ah. Malu juga kalau aku harus bertanya masalah itu. Lima pasang muka kaku. Lima merasa kurang nyaman dengan Adhieyasa duduk di sampingnya. Walaupun  waktu Lima tidur tadi, sangat berbeda. Lima begitu bebas bergerak di samping Adhieyasa. Lima merasa Andro yang disisinya. Kurang ajar kau Adhieyasa. Awas kalau pergi ke toilet karena sesuatu.
Para penumpang yang terhormat, sebentar lagi akan sampai ke bandara SHIA. Mohon tegakkan sandara kursi, memasang safety belt kembali dan jangan menghidupkan hp atau alat elektronik lainnya, sampai pesawat berhenti sempurna.
Akhirnya kami ke luar. Adhieyasa sempat ke tempat duduk. Tapi hanya mengambil ranselnya. Kami berdua berdiam diri. Seeolah-olah tidak kenal satu sama lain. Aku pun tidak punya waktu untuk mendamprat Adhieyasa.
"Yakin, tidak perlu diantar Lima ?" seru Adhieyasa memecah kesunyian.
"Kau kan tahu, aku wanita karier. Kalau di Jakarta. Kau jangan sok sok pahlawan ya Adieyasa!"
"Baik. Tapi bolehkan aku mengawasimu dari jauh ?"
"Eh. Adhieyasa, kau pikir kamu ini siapa. Banyak belajar agama. Anak ganteng!"
"Aku kan sahabat suamimu Andro. Karena aku belajar agamalah, maka aku merasa punya kewajiban memastikan isteri sahabatku selamat sampai di rumah. Lagian kan kau kline terbaikku. Masak aku seperti tidak peduli karena urusan sudah selesai. Hancur dong bisnislku nanti"
Sensasi Adieyasa membuat Lima terpanggang. Mau marah jengel campur aduk, tetapi Adhieyasa selalu punya alasan. Â Â