Blusukan, ya Ki Difangir memutuskan untuk blusukan. tetapi Ki Difangir memandang blusukan sebagai bagain dari monitoring evaluasi bukan sebagai program. Ki Difangir ingin tahu kondisi masyarakat yang sesunguhnya langsung dari lapangan. Ki Difangir tidak perlu mengkhawatirkan keselamatan dirinya dalam melakukan blusukan, bahkan tanpa memberitahu apalagi mengajak Panglima Sarpras maupun Panglima SuperA. Apalagi tentara kerajaan Matraman Raya. Ki Difangir pede aja lagi. Bukankah Ki Difangir punya ajian angin sakti.
"Hey, kamu ke sini", perintahnya kepada salah satu pengawal kerajaan.
Si pengawal kerajaan segera bergegas, seperti berlari, menuju ke tempat Ki Difangir berdiri.
"Hamba menungu titah Paduka."
"Tidak ada titah titahan. Kamu punya smartphone nggak ?"
"Ampun Paduka Ampun."
"Ampun ampun. Kamu punya smartphone enggak ?"
"Ampun punya, Paduka. Ampun masih kredit Paduka."
"Sini, kupinjam dulu. HP androidmu kan pinjam juga belinya." Ki Difangir tersenyum geli, menahan tawa.
"Namamu siapa pengawal ?", sejenak Ki Difangir ingat sesuatu.
"Ampun, Karimi Paduka."