"Ki Difangir yakin dengan tawaran itu", sergah Miss Biken di luar dugaan, tentu dengan sambil menahan emosi.
"Ya. Dan kalau Miss Biken sepakat. Kita akan segala ijab kabul. Nggak usah pakai prewedding, apalagi pesan kartun dari Robi Sugaragandamana. Kelamaan. Nanti kalau Miss Biken sudah hamil. Kita panggil kartunis handal itu untuk menghiasi kota, supaya anak kita bahagia, memandang dunia, kalau kita ajak keliling kota", ujar Ki Difangir.
"Ampun Ki. Tetapi kita kan baru saja saling mengenal. Apakah Ki Difangir nanti tidak menyesal. Jika di kelak kemudian hari, Ki Difangir mengetahui keseharian saya. Sebagai wanita, konon tidak mudah diketahui kemauannya. Wanita itu penuh misteri", kata Miss Biken, segera sadar kalau rencana besar itu tidak boleh gagal.
"Jadi bagaimana dengan tawaran saya, Miss Biken. Maukah anda menjadi pendamping saya di Depokir", tegas Ki Difangir.
"Baiklah kalau memang itu yang menjadi kehendak Ki Difangir. Saya hanya ingin melihat Depokir maju seperti halnya kota-kota besar lain di dunia", ujar Miss Biken pasrah.
Depokir mendadak bercahaya. Perkawinan Ki Difangir dengan Miss Biken berlangsung meriah. Tanpa basa basi dan menunggu waktu. Ki Difangir minta kepada anggota Tim Miss Biken, Sarj dan SuprA untuk langsung kerja. Kerja dan kerja. Saya ingin melihat Depokir segera berganti wujud. Depokir yang maju dan tahu bagaimana isi hati setiap Teman, walaupun dia hanya seorang pengangguran sekalipun. Ki Difangir juga meminta SuprA untuk melihat dampak negatif yang mungkin timbul dalam pembangunan kota. Rambut panjang SuprA meyakinkan Ki Difangir untuk memberikan tugas berat itu kepada SuprA. Kalau ada masyarakat yang masih belum tersentuh oleh rancangan Miss Biken dalam proposalnya, harap SuprA dapat melengkapinya.
Awal Maret kandungan Miss Biken yang sudah menjadi istri Ki Difangir sudah sangat berat.
"Kanda Difangir. Dinda ingin melahirkan pada saat gerhana matahari total", lirih manja Miss Biken mengalungkan lengannya ke leher Ki Difangir, setelah secara bersamaan kepalanya nemplok di dada Ki Difangir.
"Ya", Ki Difangir tak banyak bicara.
"Kanda sudah mempersiapkan nama untuk anak kita ?", kepala Miss Biken tiba-tiba menengadah memandang wajah Ki Difangir yang masih menikmati kemesraan dengan Miss Biken.
"Ya."
"Apa ?", tergagap Ki Difangir menjawab.
"Nama untuk anak kita", seru Miss Biken.