Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Setrum 35000 Megawatt

11 Maret 2016   08:51 Diperbarui: 11 Maret 2016   10:49 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setrum 35000 Megawatt Adhieyasa Adhieyasa

"Pastikan paman Pras dan kakanda SuperA memahami posisi masing-masing dalam proposal ini", seru Putri Biyankun Ming dalam perjalanan ke Depoker. Panglima Sarpras menarik nafas dalam dalam, sungguh tuan Putri Ming membuat tahapan-tahapan yang rinci dan memperhitungkan kompetensi tim dalam menyusun proposal. Tidak percuma Putri Ming jauh-jauh ke luar negeri, di samping tidak ingin main sendiri, tetapi justru mendorong potensi yang ada, termasuk kompetensi dirinya, untuk dilibatkan secara komprehensif dan integral dalam proposal yang disusunnya. Kehebatan Ki Difangir memang tidak boleh dipandang sebelah mata. Kalau tugas ini gagal, dampak negatifnya akan dapat mengguncang kerajaan Matraman.

"Titah Paduka Putri Ming, akan hamba patuhi", jawab panglima Sarpras, dengan penuh sopan dan hikmat.

"Kanda panglima SuperA, ada yang masih mengganjal di hatimu", lanjut Putri Ming, melihat tatapan kosong mata panglima SuperA.

"Jangan membuat hatiku jadi galau, kanda. Bukankah semua sudah dijelaskan Ayahanda. Kanda ... Atau kanda panglima SuperA ke luar saja dari Tim ini!", tegas Putri Ming, yang tiba-tiba merasa bersalah, dan mencoba bangkit lagi, melupakan semua yang telah berlalu.

Kenangan indah bersama panglima SuperA yang gagah perkasa, pengetahuan dan wawasan tinggi dalam menangkap persoalan yang muncul di masyarakat, membuat Putri Ming rela berjam-jam berdialog dengan salah satu panglima andalan kerajaan Matraman. Tapi bagi Ming tugas adalah tugas. Sekali sudah disepakati. Maka resiko yang terjadi harus diambil, termasuk menghilangkan jejak kenangan manisnya dengan panglima SuperA.

"Putri Ming, sepulang dari luar negeri, makin ca. nggih saja", jawab panglima SuperA canggung.

"Makin apa, kanda. Coba ulangi", seru putri Ming.

Panglima SuperA dari dulu selalu begitu. Pemetaannya terhadap situasi dan kondisi masyarakat yang dibaca dan diselaraskannya dengan teori-teori yang digelutinya, tidak pernah membuatnya kehilangan fokus. Walaupun sudah berjam-jam berdialog. Tidak pernah ada kata-kata rayuan, yang ke luar dari panglima SuperA. Sesekali putri Ming ingin dipuji sebagaimana wanita normal di seluruh pelosok negeri. Seperti halnya saat genting ini. Berharap ke luar kata cantik saja dari panglima SuperA, susah sekali.

"Makin canggih", lirih jawaban panglima SuperA.

"Tapi detil rencana Putri Ming sudah hamba pahami. Namun memang ada yang masih mengganjal yang harus diperhitungkan secara matang dalam proposal ini. Bukan kami takut menghadapi kemampuan Ki Difangir. Tetapi keberhasilan tugas yang diamanahkan Ayahanda Putri Ming, Raja Armandalah, yang hamba utamakan. Apakah nanti dalam tugas ini kita tidak akan ketahuan kalau berasal dari kerajaan Matraman. Sementara Depokir sudah melakukan pembangkangan pada kerajaan Matraman. Serangan kerajaan Matraman pun sudah berkali-kali dilalakukan ke Depokir, tetapi Ki Difangir tetap bergeming. Bahkan pasukan kerajaan Matraman kocar kacir, terpaksa mundur tidak teratur.

"Baik. Mulai saat ini, panggil aku, Miss Biken, perancang kota handal. Sedang paman panglima Sarpras, tanggalkan jaket kebesarannya, ganti dengan baju putih lengan panjang, kalau masih lengan pendek belum pejabat tinggi. Paman panglima Sarpras harus kelihatan lebih keren, nama panggilannya Sarj, orang Depokir kalau ada bau-bau barat kan manggut-manggut. Kakanda panglima SuperA, juga mulai saat ini, harus mengenalkan diri sebagai SuprA", lanjut Miss Biken, nama baru Putri Ming.

Panglima SuprA agak beringsut diminta ganti nama. Bah. Memang canggih putri Ming, kasih nama tim saja kok ya kayak merk komoditi orang dewasa, gitu.

"Kalau semua sudah jelas. Kita akan langsung masuk ke sarang Depoker", tegas Miss Biken.

Ke dua panglima kerajaan Matraman itu hanya dapat terdiam, melihat putri Ming begitu tegar menjalankan tugas berat Raja Armanda. Kalau saja tidak ingin gagal menjalankan amanah Raja Armanda, yang sudah wanti-wanti berpesan, harus mengikuti apa yang akan dilakukan oleh Putri Ming eh Miss Biken, ingin sekali ke dua panglima itu, njajal kemampuan Ki Difangir.

Syahdan Ki Difangir, nggak habis pikir ketika terdengar bunyi cling, tanda Line ada yang masuk. Mohon kiranya dapat mengirimkan email addres saudara, ada penawaran pengembangan kota yang menarik dari kami untuk Depokir, Miss Biken perancang kota handal. Weleh weleh dalam suasana perang dengan kerajaan Matraman begini, ada saja yang masih mau bekerjasama membangun kota. Tapi boleh juga tuh, biar dunia tahu, kalau hidup di Depokir enak, aman terjamin, dan berkembang maju. Kontak dunia maya pun berlangsung singkat. Pertemuan pun segera disepakati. Ki Difangir pengin unjug gigi. Depokir bukan kota biasa. Depokir kota maju yang disayang warga.

Dari tadi Ki Difangir tidak lepas pandangannya dari Miss Biken. Penjelasannya tentang bagaimana membangun kota dengan memberikan jalur khusus untuk pejalan kaki, dengan pagar yang relatif tinggi, dapat bukan saja memberikan ruang yang nyaman untuk para pejalan kaki, tetapi juga aman, karena terkadang mobil-mobil yang melintas berkecepatan tinggi. Pandangan Miss Biken tentang akan datangnya banyak pelancong yang akan belanja di Depokir dengan adanya jalur bagi pejalan kaki ini menunjang penurunan cost secara signifikan yang harus dikeluarkan para pelancong. Namun yang lebih rinci dari paparan pengembangan kota Depokir dari Miss Biken adalah, kemampuan Miss Biken memperhitungkan kekuatan Ki Difangir yang sering harus dikeluarkan pada saat Depokir menghadapi serangan dari Kerajaan Matraman. Dengan jalur pejalan kaki itu, jika kekuatan kemampuan Ki Difangir berhembus, baik angin topan, angin puting beliung atau sekedar angin sepoi sepoi, warga Depokir dan para pelancong kota, dapat sedikit terlindung. Kekuatan angin Ki Difangir dapat diarahkan tepat di tengah jalan, sehingga yang di pinggir jalan aman. Sungguh hebat kemampuan perancang kota ini, cantik pula.

"Bagaimana menurut pandangan Ki Difangir ? Apakah rencana pengembangan kota Depokir yang kami susun dapat disetujui", tegas Miss Biken.

"Ada satu syarat yang harus Miss Biken penuhi. Kalau satu syarat itu dapat Miss Biken penuhi, maka proposal pengembangan Depokir dapat saya setujui", seru Ki Difangir santai.

"Gerangan syarat apakah yang harus saya penuhi lagi Ki Difangir. Rasanya proposal tersebut sudah sempurna kami susun", tanya Miss Biken.

"Syaratnya mudah kok. Miss Biken mau jadi istri saya. Kalau tidak, semuanya batal. Segera ke luar dari Depokir, saya tidak ingin melihat kalian lagi. Dan jangan berpikir kita pernah bertemu. Bagaimana ?", senyum menghiasi wajah Ki Difangir sambil terus tidak melepaskan pandangannya terhadap Miss Biken.

Sarj dan SuprA sudah ancang ancang untuk segera melindungi Miss Biken, jika nanti terjadi sesuatu yang membahayakan keselamatannya. Ke dua panglima kerajaan Matraman itu paham betul, Miss Biken yang sebetulnya putri Ming putri Raja Armanda itu, tidak pernah mau diancam. Ayahandanya saja, walaupun sebagai Raja kerajaan Matraman tidak mempan, kalau mau main ancam terhadap Miss Biken, Putri Ming itu. Namun yang lebih dikhawatirkan ke dua panglima itu adalah kalau rencana besar Raja Armanda gagal.

"Ki Difangir yakin dengan tawaran itu", sergah Miss Biken di luar dugaan, tentu dengan sambil menahan emosi.

"Ya. Dan kalau Miss Biken sepakat. Kita akan segala ijab kabul. Nggak usah pakai prewedding, apalagi pesan kartun dari Robi Sugaragandamana. Kelamaan. Nanti kalau Miss Biken sudah hamil. Kita panggil kartunis handal itu untuk menghiasi kota, supaya anak kita bahagia, memandang dunia, kalau kita ajak keliling kota", ujar Ki Difangir.

"Ampun Ki. Tetapi kita kan baru saja saling mengenal. Apakah Ki Difangir nanti tidak menyesal. Jika di kelak kemudian hari, Ki Difangir mengetahui keseharian saya. Sebagai wanita, konon tidak mudah diketahui kemauannya. Wanita itu penuh misteri", kata Miss Biken, segera sadar kalau rencana besar itu tidak boleh gagal.

"Jadi bagaimana dengan tawaran saya, Miss Biken. Maukah anda menjadi pendamping saya di Depokir", tegas Ki Difangir.

"Baiklah kalau memang itu yang menjadi kehendak Ki Difangir. Saya hanya ingin melihat Depokir maju seperti halnya kota-kota besar lain di dunia", ujar Miss Biken pasrah.

Depokir mendadak bercahaya. Perkawinan Ki Difangir dengan Miss Biken berlangsung meriah. Tanpa basa basi dan menunggu waktu. Ki Difangir minta kepada anggota Tim Miss Biken, Sarj dan SuprA untuk langsung kerja. Kerja dan kerja. Saya ingin melihat Depokir segera berganti wujud. Depokir yang maju dan tahu bagaimana isi hati setiap Teman, walaupun dia hanya seorang pengangguran sekalipun. Ki Difangir juga meminta SuprA untuk melihat dampak negatif yang mungkin timbul dalam pembangunan kota. Rambut panjang SuprA meyakinkan Ki Difangir untuk memberikan tugas berat itu kepada SuprA. Kalau ada masyarakat yang masih belum tersentuh oleh rancangan Miss Biken dalam proposalnya, harap SuprA dapat melengkapinya.

Awal Maret kandungan Miss Biken yang sudah menjadi istri Ki Difangir sudah sangat berat.

"Kanda Difangir. Dinda ingin melahirkan pada saat gerhana matahari total", lirih manja Miss Biken mengalungkan lengannya ke leher Ki Difangir, setelah secara bersamaan kepalanya nemplok di dada Ki Difangir.

"Ya", Ki Difangir tak banyak bicara.

"Kanda sudah mempersiapkan nama untuk anak kita ?", kepala Miss Biken tiba-tiba menengadah memandang wajah Ki Difangir yang masih menikmati kemesraan dengan Miss Biken.

"Ya."
"Apa ?", tergagap Ki Difangir menjawab.
"Nama untuk anak kita", seru Miss Biken.

"Adhieyasa Adhieyasa", tegas Ki Difangir.

Nama yang aneh, menurut Miss Biken. Tapi sudahlah kebahagiaan bersama Ki Difangir, apalagi kalau sampai bayi ini bisa lahir pada saat GMT. Alhamdulillah, tak terbayangkan betapa bahagianya Miss Biken.

Dan dengan kehendak alam, bayi Miss Biken lahir dengan sempurna tepat saat gerhana. Memang ada sedikit getaran bahkan di suatu tempat ada hotel yang runtuh, tapi mudah mudahan bukan karena GMT. Dalam perhitungan Miss Biken GMT itu peristiwa alam yang luar biasa dan hanya terjadi 350 tahun yang lalu di wilayah ini, sungguh suatu anugerah besar, jika bayinya bisa lahir saat GMT. Bayi GMT gitu.

Cling! Tiba-tiba sinyal Line Miss Biken berbunyi. Pada saat yang sama Adhieyasa Adhieyasa, bayinya yang mungil berteriak keras. Hpnya pun mati mendadak. Jarum jam berhenti mendadak. Suatu hal yang terkadang tidak diketahuinya terjadi sejak bayi laki-lakinya lahir. Adhieyasa Adhieyasa. Setrum 35000 megawatt. Bah masih kecil saja sudah begini nih bayi. Bagaimana kalau sudah besar kelak.

Segera dihidupkannya HP. Sudah lewat sepertiga malam, siapa yang mengirim Line kepadanya. Tiba-tiba Miss Biken terisak, tangannya gemetar memegang HP. Tubuhnya gemetar. Ketakutan menghantui hati dan pikiran Miss Biken setelah membaca pesan Line itu. Pesan itu singkat saja.

Jangan lupa dengan tugas!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun