Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merasa Rugi Beribadah di Rumah Selama Ramadhan?

18 April 2020   23:57 Diperbarui: 21 April 2020   12:03 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada benarnya juga. Namun apakah dia tahu seberapa besar yang akan diberikan Allah jika dia mampu menahan diri dan mematuhi kebijakan pemerintah yang dilegitimasi oleh para ulama? 

Allah Yang Maha Melihat pasti tak luput dalam menilai niat, keikhlasan dan rasa kehilangan yang ada di hati setiap muslim. Serahkan tanggung jawab dalam 'menyepikan masjid' untuk sementara waktu kepada para pengambil keputusan terutama di MUI. Mereka pasti berpijak pada dalil baik naql maupun aql.

Kita yang awam ilmu ini kadang mengedepankan nafsu dalam beribadah sekalipun. 

Mengenai nafsu, kita ingat pesan Syekh Ibu Atthaillah al-Sakandari dalam al-Hikam yang masyhur itu, 

Sumber dari semua maksiat, kelalaian dan syahwat itu, karena ingin memuaskan hawa nafsu. Sedangkan sumber segala ketaatan, kesadaran dan budi pekerti ialah karena adanya pengendalian terhadap hawa nafsu. [al-Hikam bab 43]

Ibadah dan nafsu terdengar sebagai dua hal yang kontradiktif. Meski kenyataannya tak begitu. 

Nafsu pun kadang 'berkontribusi' dalam ibadah. Kehadiran nafsu itu akhirnya menimbulkan perbuatan riya' atau ujub bahkan merendahkan orang lain karena menilai semangat ibadah mereka tak semumpuni dirinya. Termasuk menganggap saudara seiman yang mengganti Jum'atnya dengan Dhuhur sebagai orang yang lebih takut kepada corona daripada Allah.

Dan dalam sebuah bait Burdah-nya, Syekh Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid al-Bushiri atau lebih lazim dikenal sebagai Imam al-Bushiri menuliskan :

Lawanlah hawa nafsu dan setan durhaka, dan awasilah keduanya.
Jika mereka tulus menasehati, maka engkau harus mencurigainya.

Tapi bukankah setan itu selalu mengajarkan keburukan, mengajak maksiat dan selalu berkata dusta?

Tidak.

Bukankah seorang sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari nabi, Abu Hurairah r.a., mendapatkan pelajaran tentang faedah membaca Ayat Kursi dari setan? 

Dalam hal itu nabi mengatakan bahwa yang dikatakan setan kala itu adalah kebenaran meski pada dasarnya ia adalah pendusta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun