Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kasus Habib Jafar Shodiq: Yang Hilang dari Mimbar Keagamaan

8 Desember 2019   08:26 Diperbarui: 8 Desember 2019   12:04 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Dur dan K.H. Said Aqil Siroj (kala itu belum menjabat sebagai Ketum PBNU) bersama seorang ulama Makah yang juga seorang dzuriyat nabi, Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani | Foto pustakamuhibbin

"Saya merasa, saya butuh untuk dicintai, saya ingin mencintai. Tapi rasanya saya belum wajar untuk jadi teladan. Karena itu saya tidak, belum ingin dipanggil habib," kata Prof. Dr. Quraish Shihab saat menanggapi keengganannya dipanggil "habib". Sebenarnya secara silsilah, menteri agama di akhir pemerintahan Orde Baru itu layak dipanggil dengan sebutan itu. 

Dia memiliki garis nasab (keturunan) hingga Rasulullah S.A.W yang diwariskan oleh pernikahan putri beliau, Fathimah al-Zahra dan sayyidina Ali bin Abi Thalib. Namun saat sebutan habib diistilahi dengan orang teladan, orang baik yang berpengetahuan, dan seseorang yang berhubungan dengan Rasulullah, Quraish Shihab menjawab dengan kalimat merendah tadi.

Penghormatan atas Gelar Sakral 

Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. Said Aqil Siroj dalam sambutannya di acara doa bersama untuk keselamatan bangsa yang dihelat di halaman kantor PBNU (30/10), mengajak untuk hormati para habaib. Tak tak terkecuali Habib Rizieq Shihab. 

Nahdliyyin memang memiliki tradisi penghormatan tinggi kepada para habaib. Salah satunya adalah sikap ikon NU, Gus Dur, yang memberikan pembelaan kepada para habaib dari pernyataan K.H. Hasan Basri yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum MUI di 1984-1990.

Pernyataan yang mengandung keraguan akan keberadaan keturunan Rasulullah itu disindir Gus Dur dalam pidatonya kala menghadiri sebuah acara di Pondok Pesantren Al-Fakhriyah Cileduk, 1994. 

"Hanya orang bodoh yang mengatakan batu permata dibilang batu koral. Dan yang paling bodoh batu permata kok dihargakan batu kerikil. Mereka para cucunya Rasulullah Saw datang ke negeri ini merupakan karunia Tuhan yang terbesar. Dan hanya orang-orang yang kufur nikmat kalau tidak mau mensyukurinya," demikian dikutip Islam Indonesia.

Gus Dur dan K.H. Said Aqil Siroj (kala itu belum menjabat sebagai Ketum PBNU) bersama seorang ulama Makah yang juga seorang dzuriyat nabi, Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani | Foto pustakamuhibbin
Gus Dur dan K.H. Said Aqil Siroj (kala itu belum menjabat sebagai Ketum PBNU) bersama seorang ulama Makah yang juga seorang dzuriyat nabi, Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani | Foto pustakamuhibbin
Namun beberapa hari lalu, nama baik habaib tercoreng dengan dicokoknya Habib Ja'far Shodiq bin Sholeh al-Attas yang melakukan pelecehan terhadap tokoh NU, K.H. Ma'ruf Amin. Dalam sebuah ceramahnya, Habib Ja'far memancing jamaahnya dengan pertanyaan yang menggiring. 

"Berarti ustaz-ustaz bayaran apa? (Dijawab jemaah: babi). Apa? (Babi). Apa? (Babi). Saya tanya Maruf Amin babi bukan? (Dijawab jemaah: babi). Babi bukan? (Babi)," kata Ja'far disambut teriakan jemaah. 

Sebelumnya, sang habib bercerita tentang salah seorang dari umat Nabi Musa A.S yang dilaknat Allah sehingga berubah menjadi babi. Hal itu disebabkan oleh niat untuk menuntut ilmu agama demi kepentingan dunia.

Menanggapi kejadian tersebut, Rabithah Alawiyah sebagai wadah para habaib di Indonesia angkat bicara. Ketua umumnya, Habib Zen bin Smith, menyesalkan dan mengkritik keras Habib Ja'far Shodiq. 

"Dia kurang akhlak dan dalam ceramahnya tidak berdasarkan keilmuan. Ini bukan habib tapi sayyid --orang Arab keturunan Nabi Muhammad atau tuan-- yang perlu pendidikan akhlak," tutur Habib Zen sebagaimana dikutip detikcom.

Kala Mencaci dinilai Sebuah Hal Ma'ruf 

Menanggapi penetapan tersangka terhadap Habib Ja'far Shodiq, Koordinator Pelaporan Bela Islam (Korlabi) Novel Bamukmin menyatakan akan memberikan pendampingan hukum. Pria yang dulunya juga pernah dianggap sebagai seorang habib itu menganggap kasus ini bermuatan politik dan diarahkan sebagai materi pengalihan isu terkait kasus Sukmawati dan Gus Muwafiq. 

Ja'far Shodiq bukan habib pertama yang berurusan dengan kepolisian, di luar Habib Rizieq Shihab tentunya. Sebelumnya Habib Bahar bin Smith harus menjalani masa tahanan karena kasus penganiayaan. 

Video pria keturunan Arab yang pernah mengajak jamaahnya untuk bersama-sama menjaga gereja saat Natal itu viral dan menuai kritikan netizen. KPAI pun turut menyesalkan tindakannya karena korbannya adalah seorang anak di bawah umur (17 tahun). Habib muda itu pun dikenal dengan ceramahnya yang bernada keras dan kosakata yang "panas". 

Bagi kebanyakan orang, perkataan seorang pendakwah adalah sebuah kebenaran, meski tak selalu begitu. Termasuk saat mereka mengumpat dan menguliti orang lain. Hal itu akan dianggap biasa saja, bahkan akan mendapat pembelaan. 

Mereka akan berdalil bahwa yang dilakukannya adalah memberi peringatan khalayak akan keburukan satu dua pihak yang akan atau telah mendatangkan mudarat pada masyarakat. Sehingga sah saja dilakukan. 

Beriringan dengan momentum pesta demokrasi, ceramah-ceramah yang memanaskan jamaah tak jarang dijumpai. Tempat-tempat ibadah berubah ajang untuk merendahkan satu pihak dan menonjolkan pihak lain ibarat tempat kampanye.

Hal itu pun tak ayal mendatangkan justifikasi yakni bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah melainkan pusat dari segala kegiatan termasuk politik. 

Begitulah politik, selalu ada jawaban bagi setiap pertanyaan dan tuduhan. Dan jika kita buka buku sejarah, politik pulalah yang membuat sebagian muslimin menistakan anak turun sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Fathimah al-Zahra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun