Mohon tunggu...
Mas Imam
Mas Imam Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

..ketika HATI bersuara dan RASA menuliskannya..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menghindari Kematian Imaji

13 Januari 2016   07:52 Diperbarui: 20 Januari 2016   13:19 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab Satu, menatap ragu

Bab Dua, berkawan sanggah

Bab Tiga, ku mulai berbincang

 

Bab Empat, jendela teraba, lompat! lari!

Bab Lima, deru petualangan seru

Bab Enam, ku temukan harta: "Kebodohanku!"

Bab Penutup, dunia teramat luas, kemana kecil langkah kan menapak?

------

Mendapati lelah, istirahat sejenak

Mengantri di lobi bioskop

Meski lirih, ku mendengar..

Riuh tawa, sesekali jerit teriak terdengar, kemudian hening

"Hah!!" mengalir darah segar dari celah pintu teater, bak nyala lava

Pembunuhan imaji telah terjadi!

------

Ku buka kembali buku, pada bab Lima, halaman Empat Ratus Tujuh tertulis:

"Dalam kagum dan tawa, imajinasi manusia larut diracun, mati dibunuh oleh manja visual!"

Ku baca catatan kakinya:

"Di balik keterbatasan rupa baris kata, bangunlah istana imajinasimu sendiri!"

Kalimat terakhir Bab Penutup:

"Kau berpunya dunia apabila berimajinasi padanya, bukan cekok dunia mereka!"

------

Berdiri, berjalan kembali

Bergegas ke toko buku, melukis imaji baru!

             ***

---------------

Puisi ini masuk dalam Kumpulan Puisi BUDAYA DAN SASTRA

Kumpulan Puisi tema lain: BIJAK KEHIDUPAN |  CINTA DAN PENDIDIKAN | EKONOMI |  HUKUM  | ANTI KEKERASAN  |  KESEHATAN  | LINGKUNGAN ALAM |  MUSIM  |  POLITIK | URBAN |  

sumber ilustrasi foto |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun