Mohon tunggu...
Mas Gunggung
Mas Gunggung Mohon Tunggu... Penulis -

Selamat menikmati cerita silat "Tembang Tanpa Syair". Semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tembang Tanpa Syair - Jagad Tangguh - Bagian 15

9 Agustus 2016   15:56 Diperbarui: 9 Agustus 2016   16:16 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Jalanmu sedang menuju Sosro Birowo, maka janganlah berpaling pada yang lain seberapapun ia nampak mempesona adanya.

Jalanmu sedang menuju Sosro Birowo, maka janganlah kembali seberapapun ia nampak menakutkan adanya.

Ingat-ingatlah itu... "

Aku tenggelam dalam ingatanku. Saat sedang melakukan seperti ini, seluruh tubuhku seperti dialiri listrik halus. Seperti ada rambatan-rambatan semut yang berjalan didalam aliran darahku. Kalau tidak pas dalam mengaturnya, maka rambatan ini buyar.

"Cipta, punya kaidahnya sendiri...

Rasa, punya kaidahnya sendiri...

Karsa, punya kaidahnya sendiri...", gumamku dalam hati.

Mendadak bagian bawah pusarku menghangat. Kubiarkan. Lalu tidak begitu lama, menyusul bagian dadaku juga menghangat. Kubiarkan juga. Rasanya seperti 'tersambung'. Lalu perlahan ia seperti 'naik' ke bagian tengah kepalaku yang mulai berasa ikut menghangat. Kubiarkan saja sambil kukenali rasanya. Perlahan juga mulai 'tersambung' seperti sebuah saluran. Rasa hangat ini perlahan mulai menguat, mulai memanas. Kubiarkan juga.

Dulu, ketika aku merasakan seperti itu, aku langsung merasakan nikmatnya sensasi energi yang ada. Dan justru disitulah titik awal kegagalanku dalam memahami Sosro Birowo. Berkali-kali aku selalu merasa takjub dan terpesona dengan rasa energi yang terjadi saat melatih ilmu ini, dan berkali-kali pula aku gagal. Aku mulai mengerti maksud ayah pada saat itu agar jangan menoleh pada yang lain seberapapun ia nampak indah adanya. Aku gagal karena dulu aku selalu 'menoleh' pada rasa yang terjadi diantaranya. Saat ini, semua kubiarkan dengan tetap tujuanku pada Sosro Birowo.

Setelah semua rasa terhubung, aku langsung berdiri lalu membuka mataku. Pandanganku menatap pada batu kali sebesar kepala orang dewasa yang ada dihadapanku. Batu itu diletakkan diatas batu yang lebih besar. Kulakukan gerakan pembuka Sosro Birowo tahap akhir sambil kuangkat tangan kananku tinggi-tinggi.

"Sosro Birowo, ia mengalir melalui kehendak. Kehendak, mengalir dari cipta, rasa, dan karsa yang selaras..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun