"Maksud ayah?", tanya adikku.
"Ayah tanya, apa yang kalian rasakan saat mendengar perintah ayah untuk melompat tadi?", tanya ayah kepada adikku.
"Ngeri yah. Kalau jatuh dari ketinggian bisa cedera", jawab adikku.
"Kalau Aa?", tanya ayah kepadaku.
"Aa jalankan apapun perintah ayah. Meski tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya.", jawabku.
Ayah tersenyum.
"Disitulah bedanya nak. Kakakmu tidak mikir saat menerima perintah. Ia manut saja. Dan sesungguhnya ilmu manut inilah yang membuat ia berhasil.", jawab ayah kepada adikku.
"Saat kamu, nalarmu belum mencapai pemahaman keilmuan yang ada maka manut saja terhadap perintah gurumu. Lakukan saja, jalani tanpa banyak bertanya.
Itu sesuatu yang Ayu belum miliki...", jelas ayah kepada adikku.
"Sesuatu itu bernama ... Ilmu manut, atau ilmu nurut. Sebab tidak mungkin seorang guru akan mencelakai muridnya, apalagi kalian anak kandungku.".
Aku menunduk terdiam. Demikian juga dengan adikku.