"Kakek tua!!! Rupanya ucapanmu dulu bukan main-main! Didepanku sekarang ada penerusmu yang lain! Dengan ilmu yang kau ciptakan sendiri!!!", teriak pemuda itu lantang.
Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakannya.
Tiba-tiba ia menatapku tajam.
"Apalagi yang kau warisi dari kakek tua itu!
Katakan!
Kalau kulepaskan pukulan Pasir Besi dengan tenaga penuh... Apa kau bisa menahannya?", tanya pemuda paruh baya itu. Nampaknya ia mulai penasaran.
"Bisa!!! Aku mewarisi penangkalnya.", jawabku tenang.
"Tidak mungkin!", ucap pemuda paruh baya itu tidak Percaya.
"Pukulan Pasir Besi tidak bisa ditangkal!!!", jawabnya keras.
Aku menarik kaki kananku kebelakang. Sementara kedua telapak tanganku terbuka dan kusiapkan disamping pinggang. Perlahan aku geser kaki kiriku hingga membentuk posisi kuda-kuda sejajar. Seluruh urat-urat di tubuhku mengendur namun getaran tubuhku siaga penuh.
"Coba saja!", jawabku mantap.