Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Warteg Mamang dan Ekonomi Bangsa

7 Juli 2018   12:56 Diperbarui: 7 Juli 2018   13:07 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tanyakan kabar tentang penjual gas keliling yang dulu menjadi langganan Mamang. Mamang nampak kaget dengan kehadiran saya.

"Kamu Jang, bagaimana kabar? Mereka sudah pulang kampung ke Pekalongan dan Tegal"

Mamang menjawab dengan logat Jawa Ngapak khas Tegal. Dan, orang-orang yang langganan Mamang memilih hengkang dari Jakarta. Mereka kembali ke kampung halaman sebagian di Tegal, Pekalongan, Tegal, dan beberapa kota lain di Jawa Tengah.

Rezim Orde Lama, Orde Baru, Orde Reformasi dan sekarang yang katanya gegap gempita masa transisi, warteg Mamang dan warteg-warteg lainnya di Jakarta adalah bagian hidup saya. Di warteg itulah saya bebas makan dengan harga yang cukup dengan kantong kami yang miskin. Bila tidak uang saya bisa ngutang dulu pada Mamang.

Bangka 3 A, 07 Juli 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun