Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Meraup Rezeki dari Batang Kelapa Sawit Tua

15 Desember 2018   09:46 Diperbarui: 15 Desember 2018   19:21 4055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2, Penampungan air nira yang keluar dari potongan umbut tanaman kelapa sawit yang sudah ditebang (Doc. FMT)

Pengambilan nira kelapa sawit, biasanya dilakukan pada saat replanting atau penanaman kembali tanaman sawit yang sudah berusia 25 sampai 30 tahun dan sudah tidak produktif lagi. 

Di beberapa daerah penghasil sawit seperti provinsi Riau, Jambi, Sumatera Utara, pemanfaatan batang sawit tua sebagai penghasil gula merah, sudah mulai dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Dan kini provinsi Aceh yang juga punya potensi perkebunan sawit cukup luas, juga sudah mulai dilakukan "eksplorasi" serupa.

Bagaimana cara memperoleh nira sawit? Ternyata prosesnya sangat mudah, batang kelapa sawit tua yang sudah tidak produktif ditebang dan potong pada bagian pucuknya atau yang bisa disebut umbut, setelah beberapa hari dari bekas potongan umbut tersebut akan mengeluarkan air nira yang bisa bertahan sampai sekitar satu bulan. 

Air nira itu kemudian ditampung menggunakan wadah dan untuk selanjutnya dimasak seperti proses memasak gula merah lainnya untuk menghasilkan gula sawit. 

Selama satu bulan, setiap batang kelapa sawit rata-rata mampu menghasilkan 300 liter nira yang dapat diolah menjadi sekitar 60 kilogram gula sawit dalam bentuk cetakan. Jika dalam satu hektare lahan ada sekitar 200 batang kelapa sawit, maka akan dihasilkan 12.000 kg gula sawit. 

Dengan harga pasar rata-rata saat ini Rp 15.000,- per kilogram, petani sawit yang akan meremajakan 1 hektare tanamannya, akan mampu meraup sekitar 180 juta rupiah, sebuah nominal yang luar biasa yang mampu dihasilkan dari batang kelapa sawit yang sudah tidak produktif itu. 

Boleh jadi hasil itu bisa menyamai atau bahkan lebih tinggi dari hasil yang didapat oleh petani dari penjualan tandan sawit segarnya.

Gambar 2, Penampungan air nira yang keluar dari potongan umbut tanaman kelapa sawit yang sudah ditebang (Doc. FMT)
Gambar 2, Penampungan air nira yang keluar dari potongan umbut tanaman kelapa sawit yang sudah ditebang (Doc. FMT)
Mulai digarap oleh Distanbun Aceh

Potensi ekonomi luar biasa dari pengolahan hasil sampingan perkebunan sawit inilah yang kamudian mulai "digarap" oleh Dinas pertanian dan Perkebunan Aceh untuk dikembangkan pada kabupaten/kota yang selama ini menjadi sentra produksi sawit. 

Dari data statistik pertanian pada Distanbun Aceh, sampai dengan bulan Oktober 2017 ini tercatat luas lahan perkebunan kelapa sawit di seluruh provinsi Aceh adalah seluas 421.820 hektare dengan perincian perkebunan rakyat seluas 220.092 hektare dan perkebunan swasta seluas 201.728 hektare (Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, 2017). 

Mulai diliriknya potensi gula sawit ini, terkait dengan program replanting tanaman kelapa sawit rakyat di Aceh yang akan mulai dilaksanakan pada tahun 2019 yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun