"Konsumen sekarang kan lebih memilih produk pertanian yang aman di konsumsi, itulah sebanya kami hanya menggunakan pupuk kandang dan agens hayati tricodherma dalam budidaya kentang yang kami lakukan, selain untuk menjaga kualitas, dengan penggunaan bahan hara organik ini, kami berani menjamin bahwa produk pertanian yang kami hasilkan aman untuk dikonsumsi, penggunaan tricodherma juga dapat meminimalisir serangan hama dan penyakit tanaman, namun tetap aman bagi lingkungan, karena kami menjalankan usaha tani disini bukan untuk jangka pendek, tapi terus berkesiambungan" ungkap Asep yang sedang mengawasi para pekerja melakukan perawatan tanaman kentangnya.
Tak heran jiga kita melintasi lahan pertanian di daerah ini, tumpukan pupuk kandang dalam karung-karung terlihat hampir di semua sudut lahan pertanian. Kebetulan daerah Pengalengan juga merupakan sentra produksi ternak khususnya ternak sapid an unggas, sehingga petani tidak kesulitan untuk memperoleh bahan dasar pupuk yang mereka butuhkan. Dari areal peternakan inilah, petani bisa mendapatkan limbah ternak yang kemudian diolah menjadi pupuk kandang atau pupuk organic padat. Selain aman, penggunaan pupuk kandanh juga bisa menhemat biaya produksi, karena harga pupuk kandang jauh lebih murah ketimbang pupuk kimia.
Meski hanya sekilas berkunjung ke daerah ini, penulis dapat melihat etos kerja yang sangat tinggi dari para petani di Pengalengan ini dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang sebenarnya sangat terbatas, namun karena dikelola dengan manajemendan kinerja yang sangat baik, pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan mereka. Dan dapat kita lihat dengan kasat mata, bagaiman kehidupan sebagaian masyarakat tani disana yang memang sudah sejahtera. Inilah kearifal lokal yang mungkin bisa diadopsi oleh petani-petani kita yang kebutulan tinggal di daerah yang kaya potensi sumberdaya alam seperti di Dataran tinggi Gayo dan daerah lain di Sumatera.
Itulash sekilas hasil kunjungan yang berhasil penulis 'rekam' dari daerah Pengalengan Bandung, saat penulis mengunjungi daerah ini beberapa waktu yang lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H