Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Petani di Pengalengan, Andalkan Pupuk Kandang dan Agens Hayati

2 Desember 2017   10:29 Diperbarui: 2 Desember 2017   11:13 2187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 4, Dengan aplikasi pupuk kandang dan tricodherma, lahan pertanian di Pengalengan terlihat subur menghijau (Doc. FMT)

Keberadaan perkebunan dan pabrik pengolahan teh ini memang memberikan kontribusi signifikat terhadap pendapatan Negara maupun daerah, namun ternyata berdampak ancaman keberlangsungan hidup petani di Kecamatan Pangalengan. Pasalnya, lahan pertanian warga semakin menyempit akibat perluasan perkebunan dengan sistem jual beli maupun sistem penyewahan lahan warga oleh PTPN VIII. Masalah yang dihadapi warga, akibat pemerintah mengatur hak sewa menjadi hak milik berdampak langsung terhadap kehidupan petani. Selain lahannya semakin menyempit akibat perluasan lahan perkebenunan milik negara dan swasta juga masyarakat Pengalengan menjadi buruh di tanahnya sendiri.

Namun seiring dengan 'meredup'nya bisnis teh, secara perlahan hamparan kebun teh di wilayah ini mulai beralih fungsi menjadi lahan pertanian, khususnya untuk pengembangan hortikultura jenis sayuran seperti kentang, kol, wortel, brokoli dan sebagainya. Prospek pemasaran produk hortikultura yang sangat bagus karena akses pemasaran ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bogor dan sebagainya yang sangat lancar, membuat para petani disini semakin antusias untuk menjadi petani hortikultura. Lahan-lahan milik petani yang semula disewa oleh perusahaan perkebunan, perlahan mulai 'kembali' kepada pemiliknya, dan beralih fungsi sebagai lahan pertanian rakyat. Belakangan di daerah ini juga mulai berkembang komoditi kopi arabika yang sumber bibit awalnya berasal dari Dataran Tinggi Gayo.

Keberadaan Balai Pengembangan Benih Kentang (BPBK) Kementerian Pertanian yang juga berada di wilayah kecamatan ini, sangat mebantu pengembangan komoditi kentang, terutama dalam penyediaan benih kentang berkualitas. Keberadaan balai ini juga mendorong petani untuk menjadi penangkar benih/bibit kentang, karena permintaan bibit kentang dari luar daerah yang sangat besar, tidak dapat dipenuhi oleh BPBK, sehingga keberadaan para penangkar benih ini sangat dibutuhkan untuk memenuhi permintaan benih kentang yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

Gambar 2, Di setiap lahan pertanian, terlihan deretan pupuk kandang dan tricodherma dalam karung-karung yang siap di aplikasikan pada lahan (Doc. FMT)
Gambar 2, Di setiap lahan pertanian, terlihan deretan pupuk kandang dan tricodherma dalam karung-karung yang siap di aplikasikan pada lahan (Doc. FMT)
Andalkan pupuk kandang dan agens hayati

Ketika mengunjungi daerah ini beberapa waktu yang lalu, penulis sempat mewawancarai beberapa orang petani kentang yang sedang bekerja di lahan pertanian mereka. Dari penuturan petani yang sempat penulis temui, wilayah Penaglaengan yang dulunya didoninasi oleh perkebunan teh ini, kini sudah menjelma menjadi sentra produksi kentang sekaligus penyuplai benih kentang terbesar.

Menurut Asep Sanjaya, salah seorang petani di desa Warnasari, Pengalengan, para petani sudah puluhan tahun mengembangkan komoditi kentang ini. Selain sebagai petani kentang, Asep juga menjadi penangkar benih kentang yang banyak melayani pesanan benih dari luar daerah, bukan hanya di pulau Jawa tapi juga memasok benih kentang ke wilayah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Asep bertutur, usaha tani dan penangkaran kentang memiliki prospek yang sangat bagus, karena harga komoditi ini relative stabil, begitu juga permintaan benih kentang juga terus mengalami peningkatan, bahkan menurutnya, para penangkar sampai 'kewalahan' memenuhi pesanan pembeli. Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, adalah dua daerah pengembangan komoditi kentang yang sering mendatangkan bibit kentang dari Pengalengan, salah satunya berasal dari hasil penangkaran bibit kentang Kang Asep ini.

"Prospek budidaya kentang sampai saat ini masih sangat bagus baik untuk kentang konsumsi maupun benih, untuk kentang konsumsi harganya saat ini rata-rata Rp 10.000 per kilogram di tingkat petani, sementara untuk benih atau bibit, harganya 26 sampai 28 ribu rupiah pe kilogramnya" ungkap Asep. Pemasarannyapun menurutnya tidak ada kendala, kerena setiap hari para pedagang sudah mendatangi lahan petani setiap kali panen tiba. Lancarnya akses transprtasi dari dan ke wilayah ini dengan infrastruktur yang cukup memadai, menjadi daya dukung pemasaran komodtti hortikultura di daerah ini.

Secara analisa usaha tani, bididaya dan penagkaran bibit kentang ini memang sangat menguntungkan, masih menurut penuturan Asep, untuk budidaya kentang seluas satu hektar, dibutuhkan modal usaha sebesar 100 juta rupiah, sementara hasil penjualan dari produksi kentang konsumsi bisa mencapai 200 sampai 250 juta rupiah, artinya keuntungan petani dalam satu kali musim tanam bisa mencapai 100 sampai 150 juta rupiah.

"Dari pengalaman saya selama beberapa tahun terakhir, hasil bersih yang bisa diterima petani untuk sekali tanam pada lahan seluas satu hektar mencapai 100 sampai 150 juta rupiah, itu untuk kentang konsumsi yang tidak membutuhkan perlakuan pasca panen secara khusus" ungkapnya "Sementara kalau dikembangkan menjadi bibit atau benih, hasilnya bisa dua kali lipat, tapi perlakuannya lebih rumit dan butuh ketelatenan sera waktu yang lebih lama" lanjutnya.

Satu hal yang terus dijaga oleh para petani kentang di pengalengan adalah kualitas produk pertanian yang mereka hasilkan. Salah satu upaya untuk mempertahan kualitas produk hortikultura di daerah ini adalah dengan meminimalisir penggunaan material kimia dalam usaha tani mereka. Untuk memenuhi unsure hara yang dibutuhkan tanaman, petani disini lebih sering menggunakan pupuk kandang dan agens hayati berupa tricodherma. Sementara penggunaan bahan kimia hanya dilakukan pada kondisi tertentu, dimana serangan hama dan penyakit terjadi dalam sjkala luas. Penggunaan material organic, selain dapat mempertahankan kualitas, juga menghasilkan produk pertanian yang aman dikonsumsi, sehingga konsumen merasa aman membeli produk pertanian yang berasal dari daerah ini. Penggunaan agens hayati tricodherma juga dirasakan penting, karena dapat mengendalikan hama dan penyakit tanaman sejak dini, teritama penyakit layu fusarium yang memang menjadi 'momok' utama petani kentang. Dengan penggunaan agens hayati ini, prinsip pertanian berkesinambungan dan ramah lingkungan, tetap bisa dipertahankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun