Setelah membekali sekitar 30 petani melalui teori di kelas, Safrin kemudian mengajak para peserta pelatihan untuk mempraktekkan cara pembuatan pupuk organik cair itu. Para peserta pelatihanpun cukup antusias mendengarkan penjelasan dari Safrin  maupun saat mempraktekkan pembuatan pupuk cair tersebut.Â
Dari segi biaya, mebuat pupuk organik cair sendiri juga sangat hemat, karena untuk membuat pupuk cair sebanyak 200 liter, hanya dibutuhkan biaya sekitar 100 ribu rupiah, artinya untuk setiap liter pupuk organik cair ini, hanya dibutuhkan biaya Rp 500,- saja. Tentu ini jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia atau pupuk cair buatan pabrik yang harganya tidak kurang dari Rp 20.000 sampai Rp 30.000,- per liternya.
Itulah yang kemudian menjadi salah satu pertimbangan bagi Safrin untuk terus mensosialisasikan dan mengajari para petani  untuk bisa membuat pupuk organik sendiri, apalagi potensi bahan baku untuk membuat pupuk organik cukup melimpah di kecamatan linge yang merupakan kawasan yang memiliki potensi peternakan yang sangat besar. Begitu juga dengan bahan limbah pertanian lainnya, cukup mudah didapatkan dengan biaya yang sangat murah.
Penyuluh yang satu ini benar-benar telah mampu memberi solusi bagi para petani binaannya, tak hanya menganjurkan  tapi sekaligus mengajarkan dan memberikan contoh. Kedepan dia berharap bahwa ketersediaan  pupuk bukan lagi menjadi masalah yang selalu dikeluhkan oleh petani, karena mereka sudah bisa membuat pupuk sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H