Ada juga tentang pergeseran tren minum kopi pada malam bulan Ramadhan di masjid atau di musholla, kalau dulunya jamaah sholat tarawih hanya bisa menikmati kopi tubruk robusta, kini mereka sudah eralih ke kopi arabika yang diproses secara modern dengan mesin roasting, tentu dengan aroma dan rasa yang jauh lebih nikmat.
Apalagi kopinya memang asli arabika Gayo, dan kalaupun tidak tersedia di masjid dan musholla, para jemaah cukup melangkahkan kaki beberapa meter saja untuk menikmati kopi espresso, late atau bahkan cappucino, karena sekarang sudah banyak kafe kopi bertebaran di sekitar masjid atau musholla (halaman 14).
Ada lagi tren ngopi yang bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja dengan adalanya “kafe berjalan” atau kalau di negara barat sana dikenal dengan sebutan food truck, penikmat kopi tidak perlu capek-capek mendatangi kafe, karena mobil box yang berisi peralatan membuat kopi lengkap seperti mesin espresso dengan roasted bean coffee nya siap mendatangi mereka (halaman 17).
Masih banyak kisah tetang negeri kopi di rubrik pembuka ini, seperti ngopi ditemani lantunan puisi dari para penyair Gayo ternama (halaman 25), ada juga kisah bule Eropa yang begitu kesengsem dengan kopi Gayo sehingga rela menginap beberapa malam di rumah petani kopi (halaman 37).
Dalam rubrik selanjutnya yang diberi titel Para Pejuang, Syukri berkisah tentang para “pejuang” kopi Gayo, mulai dari para sarjana yang rela dan tidak sungkan-sungkan untuk terjun sebagai pelayan warung kopi (halaman 59), kepiawaian para barista Gayo yang belajar otodidak dari pengalamannya (halaman 63).
Kisah anak-anak muda yang sukses membuka dan mengelola bisnis kafe kopi (halaman 71) sampai ulasan detil tentang prospek ekonomi warung kopi atau kafe kopi yang begitu menjanjikan (halaman 109). Kisah-kisah nyata yang diceritakan oleh Syukri berdasar pengamatan langsung dan pengalamannya ini bisa menjadi sumber inspirasi yang sangat berharga bagii para pembaca buku ini.
Dalam bab berikutnya yang bertajuk Manfaat, Syukri juga bertutur lihai tentang berbagai jenis dan kualitas kopi serta manfaatnya, tak hanya berdasarkan pengalaman saja, tapi juga dilengkapi berbagai referensi ilmiah yang terkait.
Dalam rubrik ini, Syukri tidak hanya mengupas tentang manfaat minum kopi, tapi juga bertutur bagaimana limbah kopi bisa mengantar para siswa SLTA di daerah ini meraih prestasi dalam olympiade sains (halaman 151). Juga ada kisah tentang petani yang mampu memanfaatkan cangkang kopi sebagai bahan pakan ternak dengan kandungan protein tinggi yang sangat bermanfaat untuk usaha penggemukan ternak (halaman 155).
Rubrik Kopi Gayo, secara khusus mengupas kisah tentang perjalanan sang penulis ke berbagai negara, dalam buku tersebut Syukri bertutur, setiap kali meninggalkan daerahnya, selalu ada kerinduan akan kopi Gayo (halaman 159).
Dalam bab ini, Syukri juga meceritakan tentang “perjuangan”nya mempromosikan kopi Gayo melalui layar Kompas TV (halaman 171). Harga kopi Gayo yang jauh lebih tinggi dari harga kopi dari daerah dan Negara lain (halaman 179).
Sistem perdagangan kopi Gayo yang berpihak kepada petani dengan memanfaatkan Resi Gudang (halaman 209). Serta Kopi Gayo yang kini telah menjelma sebagai ikon wisata di Dataran Tinggi Gayo (halaman 231).