Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perumnas Antara, Dusun Kecil "Pencetak" para Paskibra

21 Agustus 2016   14:52 Diperbarui: 22 Agustus 2016   08:28 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3, Bupati Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM memotong tumpeng untuk paskibra (Doc. FMT)

Menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera  (Paskibra), mungkin mejadi impian dan obsesi bagi setiap remaja, khususnya mereka yang duduk di bangku SLTA, karena menjadi anggota paskibra tentu sebuah kebanggaan dan “gengsi’ tersendiri bagi mereka. Namun untuk bisa masuk sebagai petugas pengibar bendera pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, tentu bukan hal yang mudah.

Ada kriteria khusus yang harus dipenuhi oleh para remaja tersebut. Bukan sekedar memiliki fisik yang kuat, tapi harus mempunyai kecerdasan intelektual dan emosional serta disiplin yang tinggi. Itulah sebabnya meski ada ratusan bahkan ribuan siswa siswi SLTA di suatu daerah, hanya sekitar 70 an orang saja yang bisa lolos seleksi untuk menjalankan tugas negara tersebut.

Begitu juga yang terjadi di Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah, sudah sejak bulan April lalu dilakukan seleksi Paskibra untuk acara Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 71 taanggal 17 Agustus 2016 di daerah ini. Dari ratusan siswa siswi SLTA yang mengikuti seleksi tingkat kabupaten, akhirnya terpilih 70 anggota paskibra yang terdiri dari siswa siswi pilihan yang sudah lolos seleksi yang sangat ketat.

Mereka inilah yang akhirnya tampil bertugas mengibarkan duplikat bendera pusaka pada tanggal 17 Agustus 2016 yang lalu di lapangan Setdakab. Aceh Tengah. Karena mereka memang remaja-remaja pilihan yang sudah digembleng selama kurang lebih tiga bulan, sehingga merekapun bisa tampil nyaris sempurna dalam menjalankan tugas mereka.

Bicara tentang paskibra di kabupaten Aceh Tengah, ada sebuah dusun kecil di daerah ini yang dalam tiga tahun terakhir sudah “melahirkan” beberapa orang anggota paskibra, sebuah catatan prestasi yang mungkin tidak dimiliki oleh dusun atau desa lainnya di Dataran Tinggi Gayo. Ini. Dusun kecil ini bernama Dusun Perumnas Antara yang berada di Desa/Kampung Pinangan Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

Dusun yang dihuni oleh sekitar 84 kepala keluarga atau sekitar 425 jiwa dengan latar belakang etnis beragam ini memang terlihat “istimewa” dalam urusan paskibra di kabupaten berhawa sejuk ini. Betapa tidak, tahun 2016 ini saja, dusun Perumnas Antara mampu “melahirkan” 4 orang anggota paskibra.

Dari 70 anggota paskibra Kabupaten Aceh Tengah tahun 2016 ini, tentu bukan sebuah kebetulan jika 4 diantaranya memang berasal dari dusun kecil ini. Uniknya lagi keempat anggota paskibra yang berasal dari dusun ini, berangkat dari empat keluarga dengan status sosial dan ekonomi berbeda, karena warga dusun ini memang memiliki berbagai profesi baik formal maupun informal.

Nadila, remaja 15 tahun yang saat ini tercatat sebagai siswi kelas 2 SMA Negeri Takengon  ini lolos sebagai anggota paskibra, bukan karena status sosial orang tuanya, tapi benar-benar karena kemampuannya.

Putri kedua dari pasangan AKP Suwarno dan Marhamah, S Pd ini memang sudah mengenal disiplin sejak kecil, dari ayahnya yang seorang perwira menengah Polri yang saat ini menjabat sebagai Kasat Binmas di Polres 107 Aceh Tengah, gadis belia ini banyak belajar disiplin dari ayahnya, itulah sebabnya kemudian dia lolos sebagai anggota paskibra tahun ini. Dukungan ibunya yang berprofesi sebagai guru SMP ini juga jadi factor penunjang prestasi gadis berdarah Gayo-Jawa ini. Sudah sejak delapan tahun yang lalu Nadila bersama keluarganya tinggal di dusun Perumnas Antara.

Ada lagi Rifa, dara manis berusia 16 tahun siswi SMA Negeri 1 Takengon  ini adalah putri kedua dari pasangan guru yang juga bertempat tiggal di dusun Perumnas Antara. Sang ayah, Salihin, S Pd adalah Guru pada Madrasah Tsanawiyah di Takengon, sementara ibunya, Siti Zubaedah, S Pd tercatat sebagai salah seorang tenaga pendidik di Madrsah Aliyah Negeri 1 Takengon. Berangkat dari lingkungan dusun yang sangat kental dengan kebersamaan warganya, akhirnya Rifa lolos sebagai salah satu anggota paskibra di Aceh Tengah tahun ini.

Kondisi ekonomi orang tua yang  kurang baik bukanlah halangan bagi Andika untuk menunjukkan prestasinya. Remaja berkulit agak gelap yang saat ini menjadi siswa kelas 2 di MAN 1 Takengon, dengan segala keterbatasan ekonomi orang tuanya, ternyata telah mampu menunjukkan prestasi membanggakan dengan lolosnya dia sebagai salah seoarang anggota paskibra tahun ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun