Mohon tunggu...
Maseko Arief
Maseko Arief Mohon Tunggu... -

Aku hanya sebutir debu tertiup angin khatulistiwa, menempel di sayap kupu-kupu terbang menjelajah taman bunga. Aku hanya sebutir debu lahir saat Gurita Cikeas hilang di pasaran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Nulis Diktat, Dunia Gembira

22 November 2014   04:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:10 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Pak Datuk! Terima kasih," terasa bergetar suaraku karena Pak Datuk segera memeluk dan menepuk-nepuk pundak. Menurut rekan guru, bila Datuk ceramah ke Padang biasa para pengundang selalu memberi uang paling sedikit lima juta rupiah.

"Terima kasih kembali. Ustadz sudah banyak membantu saya guna kemajuan sekolah ini. Tolong buku-buku diktat ini dicek mungkin masih ada yang kurang sempurna. Bila sudah disempurnakan taruh saja di meja saya untuk segera ditanda-tangani. Maaf saya tinggal karena harus mengontrol bangunan laboratorium." Datuk bergegas keluar ruangan ditemani bendahara Yayasan Baitul Arief.

Disela-sela memeriksa buku diktat karya para rekan guru, aku sembunyi-sembunyi membuka amplop pemberian Datuk. Setelah amplop berlogo Bank Nagari dibuka. Ternyata berisi uang kontan pecahan 100.000 rupiah sebanyak 50 lembar.

"Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin," puji ku dalam hati.

Saat lonceng sekolah berakhir, aku mengajak rekan-rekan guru ke Rumah Makan Ampera karena di Sumatera Barat tak ada Rumah Makan Padang. Aku bilang ke rekan-rekan guru, syukuran dari buah menulis Buku Diktat PAI. Ternyata diluar dugaan dan tanpa sepengetahuan ku, rekan-rekan guru sudah menyiapkan hadiah berupa kue ulang tahun ke-30. Yang lebih mengejutkan, Pak Datuk Bulkaeni Rang Kayo datang dari pintu dalam rumah makan langsung menggandeng putri bungsu yang baru lulus wisuda di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diperkenalkan kepada ku. Seluruh ruangan bergemuruh ketika potongan kue ulang tahun aku berikan kepada putri Datuk. Datuk melanjutkan dengan meminpin doa. Selesai berdoa Datuk bilang.

"Seluruh yang makan disini dalam rangka syukuran ulang tahun ustadz, gratis tak perlu membayar." Rupanya, rumah makan Ampera ini milik Datuk Bulkaeni Rang Kayo. Setelah selesai makan dan bersiap-siap pulang. Datuk minta sepatah kata dari aku buat yang hadir.

Aku bangkit dari tempat duduk dan kutatap satu per satu yang hadir di rumah makan. Seluruh mata tertuju kepada ku. Akhirnya aku hanya berkata, "Ternyata guru menulis bisa melahirkan buku diktat. Buku diktat bisa berbuah uang. Uang bisa menggembirakan siapa saja. Jadi, bila guru menulis maka duniapun bergembira!"

Melalui tanoto foundation yang digagas oleh Sukanto Tanoto semoga semakin banyak lagi guru-guru yang lahir dan aktif dalam kegiatan tulis menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun