Mohon tunggu...
Maseko Arief
Maseko Arief Mohon Tunggu... -

Aku hanya sebutir debu tertiup angin khatulistiwa, menempel di sayap kupu-kupu terbang menjelajah taman bunga. Aku hanya sebutir debu lahir saat Gurita Cikeas hilang di pasaran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Nulis Diktat, Dunia Gembira

22 November 2014   04:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:10 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Baiklah kalau begitu Pak Datuk. Saya akan menulis buku diktat untuk murid-murid guna memenuhi instruksi Kepala sekolah. Langkah ini saya tempuh karena Buku Pelajaran PAI yang membahas masalah fiqih hanya menjelaskan fiqih salah satu mazhab saja."

"OK lah, saya tunggu diktat yang akan dibuat ustadz. Selamat bekerja!" kata Datuk menutup pembicaraan di hari Senin pekan pertama awal tahun ajaran baru..

Aku segera pamit dan meninggalkan ruang Kepala Sekolah menuju perpustakaan di ujung bangunan berlantai tiga. Aku segera menuju rak katalog mencari dan mencatat nomor katalog buku pelajaran PAI dari beberapa penerbit, Fiqih Lima Mazhab, Fiqih Shalat Delapan Mazhab dan beberapa kliping koran Harian Ibu Kota. Setelah semua nomor katalog referensi terkumpul. Aku serahkan catatan ke petugas perpustakaan. Sambil menunggu buku datang, aku segera buka internet berselancar di dunia maya mencari tambahan informasi. Ketika sedang tenggelam di dunia maya, tiba-tiba dikejutkan oleh petugas perpustakaan yang memanggil ku. Setumpuk buku dan kliping koran disodorkan. Aku segera membawa ke ruang guru dan menaruh di atas meja.

Karena semua referensi sudah terkumpul. Kemudian aku segera melakukan langkah-langkah menulis buku diktat sebagai berikut, secara bertahap:

  1. Membuat Kartu Lampu Aladin.

Kini saatnya aku membaca dengan seksama satu persatu buku dan kliping koran. Ketika membaca buku, kebiasaan ku mula-mula membuka daftar isi guna mendapatkan gambaran topik apa saja yang diangkat penulis buku tersebut. Selanjutnya baca kata pendahuluan  yang mungkin saja menjelaskan latar belakang, maksud, dan tujuan penulisan buku tersebut. Akhirnya, masuk ke inti buku menelusuri bab demi bab.

Aku baca perlahan kata demi kata yang membentuk kalimat dan alinea per alinea. Aku harus berusaha mengerti dan mengambil banyak apa yang dibaca. Caranya, ketika membaca coba menjalankan pikiran secara aktif ke arah gambaran, konsep atau gagasan melalui sejumlah satuan gagasan dan konsep yang saling berkait. Menurut Slamet Soeseno (1995) dalam Teknit Penulisan Ilmiah Populer: kiat menulis nonfiksi untuk majalah, cara membaca demikian disebut pembaca yang efektif dan efisien.

Saat membaca, tangan ku aktif menggaris bawahi dan melingkari kelompok kata yang membentuk ungkapan dengan pensil. Tak jarang aku menulis catatan penting tentang ungkapan tersebut di sisi kanan atau kiri dalam halaman buku. Akibatnya, buku yang disadap informasinya menjadi banyak garis, lingkaran, tanda seru, tanda tanya dan tulisan. Perbuatan ku ini, jelas merusak keindahan buku!

Buku yang aku sadap menjadi tidak indah karena melaksanakan saran Slamet Soeseno (1995) dalam rangka menampung sari bahan bacaan dengan menggunakan metode 5 W + 1 H. Misalnya: apa (yang dimaksud dengan batasan atau pernyataan itu), siapa (yang terlibat), kapan (itu terjadi), di mana (itu terjadi), mengapa (sampai begitu), bagaimana (duduknya perkara), dan lain pertanyaan yang menggiring gagasan ke arah gambaran yang lebih rinci.

Jadi cara menyadap informasi dengan membaca, menangkap dan menulis kembali ungkapan dalam kartu-kartu kecil. Aku beri nama kartu-kartu kecil itu dengan Kartu Lampu Aladin. Biasanya kartu halaman pertama berfungsi sebagai cover depan diisi judul buku, penulis, nama dan tempat penerbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, jumlah halaman, dan nomor klasifikasi. Setiap lembar berikutnya selalu tertulis judul buku dan nomor halaman kartu tertulis di atas kartu. Isi kartu berupa inti sari sadapan buku dari setiap subjudul. Catatan inti sari bahasan mencantumkan juga nomor halaman buku yang disadap.

Dengan memiliki Kartu Lampu Aladin, pekerjaan membandingkan buku yang satu tema menjadi lebih mudah. Apakah ada kelebihan informasi dari masing-masing buku pelajaran tersebut? Proses membuat Kartu Lampu Aladin dalam rangka menulis buku diktat PAI memakan waktu 3 x 24 jam. Pekerjaan tersebut dilaksanakan di ruang guru dan kadang di asrama guru bila ada waktu senggang tak kumpul dengan keluarga. Dengan memiliki modal Kartu Lampu Aladin, tentu langkah selanjutnya menjadi sangat mudah bagi guru menulis buku diktat untuk dua semester.

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun