Selain itu, anak-anak yang terbiasa diberi cium bibir bisa menganggap bahwa ini adalah bentuk perhatian yang paling utama, yang dapat mempengaruhi cara mereka menilai hubungan dengan orang lain.
Pada usia yang lebih muda, mereka mungkin belum dapat membedakan antara kasih sayang yang diberikan oleh orang tua dengan cara mereka berhubungan dengan teman-teman atau orang dewasa lainnya.
Hal ini dapat mengarah pada kebingungan dalam mengatur hubungan mereka dengan orang lain, yang bisa berpengaruh pada perkembangan sosial dan emosional mereka.
3. Meningkatkan Risiko Perilaku Tidak Sehat di Masa Depan
Dampak psikologis lain dari kebiasaan memberi cium bibir pada anak adalah kemungkinan meningkatnya risiko perilaku tidak sehat di masa depan.
Meskipun mungkin tidak terjadi pada setiap anak, anak yang terbiasa dengan interaksi fisik yang sangat dekat sejak dini bisa lebih mudah merasa nyaman dengan perilaku yang tidak sesuai pada usia yang lebih tua.
Cium bibir yang terlalu sering atau tidak sesuai bisa membuka peluang bagi anak untuk lebih mudah menerima perilaku fisik yang lebih intim tanpa memahaminya dengan benar.
Misalnya, saat anak beranjak besar, mereka mungkin mulai merasa bahwa bentuk perhatian atau kasih sayang yang lebih intim adalah sesuatu yang normal dan diterima dalam semua jenis hubungan, baik itu dengan teman sebayanya atau bahkan dalam hubungan romantis di masa depan.
Hal ini bisa menyebabkan kebingungannya terhadap konsep hubungan yang sehat dan mempengaruhi keputusan mereka dalam situasi sosial tertentu.
Selain itu, dalam beberapa kasus yang lebih ekstrem, anak yang telah terbiasa dengan jenis hubungan fisik yang terlalu dekat bisa menjadi lebih rentan terhadap pelecehan fisik atau emosional dari orang lain.
Ini adalah alasan mengapa penting bagi orang tua untuk mengetahui batasan yang tepat dalam memberikan kasih sayang kepada anak-anak mereka.