Luthfi Alfikri K
Di sebelah perpustakaan baru yang megah
5 Januari 2016
Saya juga setuju pada komentar ini walau sedikit penuh amarah tapi intinya mengajak kita nyengkuyung njejegke ngayogyokarto hadiningrat: "
Pembangunan adalah perubahan terencana. Setiap perubahan pasti ada 'korban'...... apalagi jika tidak direncanakan secara visioner bijaksana pasti nggasruknya lebih banyak.... pasti banyak kesalahan..... pasti banyak korban baik untuk saat ini maupun masa depan. Tujuan pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial yang adil & beradab, yang namanya sejahtera itu lahir-batin bukan hanya lahiriah dengan indikator-indikator kemajuan ekonomi seperti yang disyaratkan oleh lembaga keuangan internasional. Sejahtera itu ukurannya adalah kesejahteraan batin-lahir sesuai dengan lingkungan tempatnya berada bukan ukuran dari orang lain atau negara lain. Monggo dipenggalih sesarengan lajeng tumandang nyoto mboten namung opini kalih nggambleh wonten sosmed kemawon.Â
Â
Tak ada yang tak ingin Yogyakarta memburuk kecuali tindakan membabi buta dari kepitalisme berwajah teduh dan sok penolong dengan menggusur sektor ekonomi kerakyatan dan degradasi lingkungan hidup. Hampir semua kita merasakannya, ada badai perubahan yang sangat mencolok sebagaimana salah satu komentar akun, "...setelah mendarat di Jogja sekitar tahun 2004 ,Dan menjadi 'warga' Jogja semenjak 2006 sampai saat ini. Saya yang tinggal di Yogyakarta sejak 2002 juga merasakan ada gempuran keras arus perubahan yang tak sepenuhnya kita kehendaki. Perubahan struktur ekonomi yang timpang, yang tak semua orang jogja menghendaki. Tapi bisa juga, bisa jadi. Perubahan buruk itu dimaklumi lebih banyak orang. [caption caption="poster "Membunuh Jogja" karya @TuturPena (atas izin)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H