Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Bapakku

6 April 2015   06:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:29 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dan, hanya orang-orang dengan pikiran primitip, yang tidak mahu menerima pikiran berbeda," kataku pula merespon ucapan bapak.

Di sela pembicaraan itu, kusempatkan berfikir, menghubung-hubungkan pendapatnya dengan hasil test DNA profesor dari UKM dan Penemuan profesor Santos dari Brazil.

Namun, seketika itu pula, aku teringat pembunuhan massal tahun 1965. "Bukankah negara kita pernah membunuh sesama sendiri, yang dikenal dengan G30SPKI?" tanyaku.

"Kekuasaan selalu menjadi alat bagi orang-orang yang berkepentingan. Mereka memaksakan kehendaknya. Dan, negara adalah bentuk nyata politik kekuasaan. Bukan hanya kehidupan bernegara, agama juga sama. Ketika sudah dijadikan kendaraan politik, maka pesan agama menjadi ideologi yang tertutup," jawab bapak.

"Pendapat negara dianggap benar dan tidak membuka peluang untuk pikiran berbeda," kataku melanjutkan.

"Karena itulah, bapak tidak setuju politik agama. Karena bisa dipastikan, agama akan menjadi ideologi tertutup. Dan bisa berbuntut mengorbankan sesama penganut agama," kata bapak serius.

"Bukankah saling membunuh sesama sendiri sudah lama terjadi?"

"Ya. Semenjak Nabi wafat, dan belum dikuburkan, umat islam sudah hampir berperang sesama sendiri, di Tsaqifah Bani Saidah, sekitar 500M jaraknya dari tempat Nabi telah terbujur tidak bernyawa," kata bapak tegang memandangku. "Bahkan setelah tiga hari barulah jasad Nabi saw. dikuburkan," lanjutnya.

"Bukankah zaman sudah berubah?"

"Jauh lebih parah dari itu. Yang terjadi di Syria, Irak, Libia dan Yaman saat ini, adalah peristiwa serupa. Mereka perang sesama sendiri. Agama mereka dijadikan alat untuk berkuasa atau untuk mempertahankan kekuasaan. Itulah ujung dari politik agama."

"Ya. Perbedaan kelompok dalam agama dijadikan alasan untuk menyingkirkan, dengan cara membunuh," kataku sambil berjalan memalingkan wajah ke bapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun