Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Bapakku

6 April 2015   06:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:29 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menjadi berbeda dengan yang lain, memang tidak mudah. Lebih lagi jika menjadi berbeda dari kelompok masyarakat yang berideologi tertutup, pasti akan disisihkan secara fisik juga, " kata bapak, ketika kami berjalan pulang.

"Bukankah ideologi itu juga pemikiran?"

"Betul. Tetapi tidak mahu menerima gagasan dan konsep pemikiran dari yang selain kelompoknya. Pemikiran dari kelompoknya sudah berbentuk tuntutan konkrit bersifat operational yang keras. Dan, atas nama ideologi, dibenarkan mengorbankan siapapun yang berbeda pemikiran."

"Kita, masyarakat Melayu tidak mengenal ideologi yang menganggap kebenaran hanya satu. Bahkan orang Melayu di kampung kita, walaupun tidak pernah sekolah, pemikirannya sangat terbuka, mudah menerima perbedaan."

"Alhamdu lillah. Secara geografis, wilayah kita terbuka, berada di persimpangan semua peradaban besar. Bahkan, kita adalah pemilik peradaban besar pertama di dunia. Nenek moyang kita keturunan Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera. Di dalam Kitab al-Kamil fi al-Tarikh‘, Ibnu Athir, menulis bahwa, Bani Jawi itu Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Dan lainnya, adalah keturunan Nabi Ibrahim."

==============

Aku termenung memikirkan pendapat bapak. Tetapi tidak salah juga, karena dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediteranaen, DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik.

Andai kita mahu mengetahui DNA kita sendiri, juga sudah sangat mudah. Beberapa hari yang lalu Dahlan Iskan menulis di halaman facebooknya tentang test DNA. Mudah dan murah. Cukup dengan mengirimkan sampel ludah dalam botol dan kirim ke laboratorium di AS. Tunggu beberapa minggu, sudah dapat diketahui dari unsur DNA mana saja diri kita.

Pendapat bapakku yang berdasarkan cerita turun temurun dengan sumber yang tidak dapat diketahui, ternyata memiliki kesamaan dengan Penemuan Prof. Santos, dalam bukunya yang berjudul Atlantis. Profesor dari Berazil itu meneliti kata Plato, tentang benua yang hilang, yang pernah dihuni oleh masyarakat berperadaban tinggi. Santos meneliti selama tiga puluh tahun dengan sangat konfrehensif. Kesimpulannya, Atlantis itu adalah Indonesia.

================

"Masyarakat Melayu berperadaban terbuka dari dahulu kala," kata bapak mengawali kembali cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun