"Maksudnya gimana, mas?"
"Mudah saja bagi mas untuk memenuhi waktumu 24 jam dengan pesan dari mas. Mudah saja bagi mas untuk seharian penuh memenuhi pikiran dan hatimu dengan semua kenyamanan yang kamu rindukan. Sangat mudah dan sangat bisa. Tapi bukankah itu jahat, sayang?"
"Itu menurut kamu, mas. Kan aku yang membutuhkan, aku yang merasakan dampaknya. Aku juga ingin seperti teman mu, mendapat perhatian mu dan pikiran mu serta keseruan dengan mu, walau sekedar lewat chat atau telpon. Apa kamu merasakan apa yang aku rasakan, mas?"
"Sayang. Mas bukan lelaki pada umumnya. Mas gamau jadi gula yang membuatmu mabuk lalu keracunan lalu ketergantungan. Mas gamau jadi madu yang kamu malah lariut dalam manis yang berlebihan yang mas berikan padamu. Mudah saja bagi mas untuk seperti itu, tapi mas gamau. Kamu masih ingat perkataan kamu tentang perasaan kamu, sayang?"
"Yang mana, mas?"
"Kamu pernah bilang 'Mas, kamu itu cinta pertama aku, walau sebelumnya aku pernah pacaran. Aku menemukan banyak hal dari kamu. Empat kali pacaran, aku gak pernah ngerasain nyaman senyaman bersamamu, mas'. Kata-kata ini yang bikin mas gamau berlebih-lebihan pada mu, sayang."
"Itu kan kata kamu, mas. Kamu deket sama semua cewek, mereka semua kamu asikin. Mereka semua kamu tanggepin. Tapi aku? Masih adakah aku dipikiran kamu, mas?"
"Mereka semua bukanlah kamu, sayang. Bukan. Mereka semua mas tanggepin, tapi kadar mas ke kamu lebih dari kadar mas ke mereka. Coba, apa yang bikin kamu mau bertahan sama mas?"
Lumayan lama ia tak membalas pesanku. Aku bangun dari tempat tidur, ku ganti lagu berlirik 'kau diambang kebimbangan, tebing jurang keraguan, jalan mana yang harus kau tempuh'. Hening suasana kamar. Tenang. Sekian lama menunggu, akhirnya Mala membalas pesanku.
"Kamu dewasa walau ngeselin. Kamu suka bikin aku emosi, tapi setelah aku sadar, aku malah makin sayang dan nyaman sama kamu. Kamu sering banget bikin salah, tapi setelah aku sadar, ternyata aku yang salah tafsir. Kamu sulit ditebak. Kamu misterius. Kamu aneh. Tapi kamu juga selalu membayang dibenak aku. Cowo manapun, belum tentu punya apa yang kamu punya, dan yang kamu punya adalah yang bikin aku nyaman. Ingin aku bongkar hati dan otak kamu, mas. Entah, aku selalu bertanya-tanya sebenarnya kamu ini siapa dan kenapa kamu bisa sangat menggugah perasaan ku, mas. Aku gemas. Aku kesal. Aku marah. Tapi aku juga rindu." Jawabnya panjang kali lebar. Sepertinya Mala lama membalas karena sedang merenungi perasaannya. Ya, Mala butuh waktu untuk merenungi suatu hal, sama seperti manusia lainnya.
"Ah kamu becanda, ga serius jawabnya." Jawabku. Kali ini sepertinya Mala yang bercanda.
"Aku serius kamu anggap becanda. Aku serius kamu becandain. Kenapa sih kamu kaya gini terus? kenapa, mas?!"