"Kamu mau mas jawab serius, atau jawab becanda nih? Hihihi."
"Aku yang nanya, kok malah nanya balik. Tinggal jawab aja, Mas." Balasnya, aku paham nada ini nada mulai bte dan kesal. Mungkin naik level dari merajuk.
"Ga dempet-dempetan, kok. Mas nyari tempat sepi, hehehe." Jawab ku gantung.
"Bagus deh kalo gitu. Dempet-dempetan juga gapapa, Mas. Asalkan jangan nakal."
"Mas nyari tempat sepi kok, walau pun selalu didempetin juga. Hahahahha."
"Ahh gatau ahhh. Dari tadi kamu jawabnya main-main mulu." Jawabnya. "Engga kok hehe. Ga padet keretanya, campur juga penggunanya. Mas paham cemburunya kamu. Cuma satu yang mas ga paham, La."
"Apa itu, Mas?", "Mas ga paham, kenapa kalo kamu ngambek, mas semakin sayang dan kepikiran sama kamu. Hahahahaha."
"Halahhhhh gombal-gembellll. Ga ngaruhhhh, mas. Ga ngaruhhh." Lagi-lagi aku terbahak-bahak membaca pesannya. Ya, tertawa sendiri, bagai orang tak waras yang menikmati waktu tanpa beban.
"Hahahaha. Yauda, nanti sampe dirumah mas kabarin ya, La. Miss you pencemburu. Hahahaha." Ya, aku tak pernah bosan untuk mengganggunya dengan candaan dan sentilan. Mungkin ini yang disebut 'bunga-bunga suatu hubungan'.
***
Sampai dirumah, masuk kamar, ku nyalakan satu lagu andalan pengantar malam berlirik 'Jangan kau pergi dari ku bila waktuku sedikit untukmu, setiap hembusan nafasku kulakukan yang terbaik untukmu' dengan mode repeat track.