Mohon tunggu...
semutmerah
semutmerah Mohon Tunggu... Psikolog - Bukan untuk dikritisi, tapi untuk direfleksikan

Serius tapi Santai | Psychedelic/Progressive/Experimental | Memayu Hayuning Bawana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepemimpinan Ala Nusantara

20 Mei 2020   16:52 Diperbarui: 30 Mei 2020   11:08 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • Apakah pemimpin itu?
  • Bagaimanakah pemimpin itu, baik sikap maupun sifatnya?
  • Aku ingin jadi pemimpin, untuk apa?
  • Kalau aku jadi pemimpin, lantas aku mau ngapain?
  • Kalau aku sudah jadi pemimpin, terus mau apa dan mau bagaimana?
  • Jika aku pantas jadi pemimpin, aku pantas karena apa?
  • Apa hak dan kewajibanku saat jadi pemimpin kelak?
  • Jika impian ku menjadi pemimpin gagal, masih maukah aku menjadi manusia dan memanusiakan manusia?
  • Saat aku jadi pemimpin, apa yang aku harus pimpin? Orangnya, arahnya, konsepnya, atau apa?
  • Aku jadi pemimpin nanti, akan ku bawa kearah apa kepemimpinan dan yang kupimpin?

Kepemimpinan bukanlah hal yang mudah juga bukanlah hal sulit. Sepuluh pertanyaan diatas saya rangkum dari sekian pertanyaan yang amat sangat penting mengenai kepemimpinan. 

Banyak yang ingin jadi pemimpin, namun kesulitan saat dihadapkan pada tantangan dan ujian, serta terlalu sibuk pada problem (permasalahan) daripada penyelesain masalah (pencarian solusi). Justru ada yang tidak ingin jadi pemimpin, namun sikap dan pemikirannya mencerminkan kepemimpinan yang dibutuhkan orang-orang disekitarnya.

Bangsa Indonesia mempunyai bentuk dan karakter kepemimpinan yang unik, dan hal tersebut tidak lepas dari peran nilai-nilai kearifan local, yang sudah teruji relevansinya selama ratusan tahun jauh sebelum Indonesia terbentuk (sejak masa Nusantara).

Kepemimpinan dalam konsep Bangsa Indonesia bukanlah jabatan dan wewenang semata. Justru kepemimpinan dalam konsep Bangsa Indonesia adalah nilai-nilai sikap, sifat, tindakan, pemikiran, pemahaman, dan kontemplasi yang berdampak besar, baik, serta bermanfaat bagi sekitarnya. 

Hal ini sudah mendasar sejak dulu kala bahwa kepemimpinan adalah pemimpin yang contoh dan wujud nyata yang bisa ditiru, dicontoh, diterapkan, bahkan dijadikan panutan bagi seluruh masyarakat disekitarnya.

Bangsa Indonesia terkenal akan sejarah dan kebudayaannya yang sarat akan nilai-nilai kearifan, kebijaksanaan, keadiluhuran, dan tak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut banyak menginspirasi lalu diadopsi oleh negara-negara asing diseluruh dunia ini. 

Sepanjang Indonesia berdiri, dominasi nilai-nilai kepemimpinan diambil dari nilai-nilai bagaimana Nusantara berdiri. Semua kerajaan di Nusantara mempunyai kebudayaan yang beragam, namun mempunyai satu benang merah dan nafas yang sama dalam hal kepemimpinan.

A. Keseimbangan Jagad Cilik dan Jagad Gedhe

Jagad cilik adalah diri pribadi dan Jagad Gedhe adalah semua yang ada diluar diri pribadi, yaitu orang lain, flora fauna, dan seisi alam semesta raya. Kita tidak akan bisa memimpin semua yang ada diluar diri pribadi jika kita sendiri tidak bisa memimpin diri pribadi. Memimpin diri sendiri sama halnya dengan mencari dan mempunyai solusi atas problem-problem diri sendiri. 

Bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah masyarakat jika kita tidak dan belum bisa menyelesaikan masalah diri sendiri terdahulu. Konsep ini bukan berarti kepribadian yang individualis, justru konsep ini adalah sadar diri dan sadar akan kapasitas diri pribadi. 

Hal ini sama seperti "Berdaulat atas diri sendiri" yang artinya saya harus menyelesaikan tantangan saya agar saya bisa membantu orang lain yang mempunyai tantangan dan ujian. Jika kita sudah bisa bersolusi atas permasalahan diri pribadi, seiring waktu kita harus dan mau untuk bersolusi atas kepentingan masyarakat. 

Sebaliknya, bersolusi terhadap permasalahan masyarakat, juga harus bersolusi atas permasalahan pribadi, sehingga keduanya seimbang, dari nol kembali ke nol, dari awal kembali ke awal, dari hulu kembali ke hulu.

B. Urip Iku Urup (Hidup Itu Nyala)

Indonesia apalagi Nusantara, menganut filosofi tersebut disetiap detak langkah kehidupannya. Maksud dari filosofi ini adalah manusia hidup harus memberi nyala, cahaya, penerangan, kepada siapa saja dimana saja tanpa kenal pamrih dan tanpa terikat ruang dan waktu. Kita mencari cahaya, mendapatkan cahaya, menjadi cahaya, membagikan cahaya, inilah manifestasi dan pengejawantahan dari filosofi tersebut. 

Banyak yang mencari dan mendapatkan cahaya, namun tidak mau menjadi cahaya serta membagikan cahaya, demi kepentingan pribadi. Konsep seperti itu tidak akan dibutuhkan masyarakat, karena mereka membutuhkan cahaya disetiap waktunya.

Lebih buruk lagi jika mencari cahaya, mendapatkan cahaya, menjadi cahaya, namun mengkomersialisasikan dan menguangkan cahaya tersebut demi kepentingan kantong pribadi. Manusia yang seperti ini jelas sama sekali ditolak ditengah-tengah masyarakat.

C. Makrokosmos dan Mikrokosmos (Semesta Kecil dan Semesta Besar)

Manusia adalah manifestasi atau citra dari alam semesta raya dengan bentuk yang kecil, maka dari itu semua unsur alam semesta ada didalam tubuh manusia. Baik manusia, binatang, alam, air, api, udara, tanah, dan unsur alam semesta lainnya. Jika kita memelihara alam semesta dalam tubuh kita, maka kita juga akan bisa memelihara alam semesta raya. 

Sebaliknya, jika kita menyakiti alam semesta raya, maka tubuh kita akan dengan sendirinya merespon hal itu, dan kita akan bertengkar dengan diri sendiri (hati Nurani) atas kerusakan yang kita lakukan pada alam semesta. Makrokosmos sama dengan mikrokosmos, maka kita sebagai manusia bisa mengambil nilai-nilai yang ada pada makrokosmos diluar tubuh kita.

Matahari, erat dengan panas dan pemberi sarana kehidupan. Kita bersifat seperti matahari, yang memberikan panas (semangat), cahaya (penerang dan pelita), dan kehidupan bagi alam sekitar. 

Bulan, indah dan menerangi kala malam (gelap) yang cahayanya pantulan dari matahari, nilainya adalah kita memberi penerangan kala gelap dan membimbing (merangkul, mengayomi) masyarakat yang berada dalam kegelapan. 

Bintang, pedoman bagi yang kehilangan arah (prinsip, pedoman hidup, tujuan hidup, makna hidup), maka kita harus menjadi panutan (pedoman) bagi orang disekitar kita. 

Angin, mengisi ruang kosong bertiup ke segala penjuru arah sampai celah terkecil, yang maknanya kita harus bertindak secara teliti dan bijaksana serta menyelami seluruh ruang-ruang ditengah masyarakat, keberadaan kita harus berguna dan ada dimana saja. 

Hujan, erat dengan air, setelah hujan pasti menyuburkan tanah yang gersang dan bermanfaat bagi alam raya, yang maknanya kita sebagai air harus berwibawa, mengayomi, memberi kesejukan, mendinginkan yang panas (menyelesaikan permasalahan dan menghindari keributan), pelepas dahaga sebagaimana manusia yang tidak bisa hidup jika tanpa air. 

Api, panas dan teguh membakar apa saja serta mencahayai kegelapan dan cahayanya menghangatkan sekitarnya, yang maknanya kita harus adil, berprinsip disiplin, tegas dalam bertindak tanpa pandang bulu, menghangatkan siapa saja dan menerangi siapa saja kearah yang baik dan benar. 

Samudera, bersifat luas dan menampung segala jenis isi, yang maknanya sebagai samudera kita harus berwawasan luas, sanggup menerima segala macam tantangan ujian dan persoalan, mau menerima saran kritik dan gagasan orang lain namun tetap menyaringnya, serta bisa menaungi siapa saja yang membutuhkan layaknya samudera yang menaungi seluruh mahluk hidup dan kapal-kapal. 

Bumi atau Tanah, bersifat suci, menjadi pijakan hidup manusia, rendah hati, kaya akan sumber mineral dan hara, serta tempat hidup berbagai mahluk hidup, yang maknanya kita harus memberi anuegrah kepada siapa saja, berbudi luhur, mau menjadi pijakan dan landasan bagi sekitar kita tanpa pamrih, dan menaungi siapa saja yang butuh naungan. 

Pohon, erat dengan hidup dan kehidupan. Tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa pohon, karena pohon menghasilkan banyak makanan vitamin oksigen karbondioksida dan semua kebutuhan mahluk hidup. 

Pohon bersifat menaungi, memayungi, mengayomi, bahkan dari akar batang kulit daun sampai buah pun selalu bermanfaat dan berguna, yang maknanya kita harus mengaktifkan seluruh apa yang kita punya ditubuh ini untuk bersikap dan bersifat layaknya pohon, menaungi dan memayungi siapa saja dimanapun kita berada, kita bermanfaat bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan, kita menyejukan siapa saja yang kegersangan.

D. Memayu Hayuning Pribadi, Keluarga, Sesama, dan Buwana

Maknanya menciptakan keindahan bagi pribadi, keluarga, sesama (orang-orang disekitar), dan buwana (alam semesta raya). Keindahan disini adalah sikap dan sifat serta pemikiran yang berbudiluhur, baik dan benar, tahu tempat dan tahu ruang, mengedepankan kebersihan keindahan ketataan keharmonisasian kebersamaan dan semua hal-hal yang baik yang diterapkan pada diri sendiri lalu ke keluarga lalu ke orang disekitar yang puncaknya diterapkan dimana saja kita berada (dalam konteks ini adalah alam buwana). 

Siklus diatas selalu berputar dari hulu ke hulu, jadi tidak berujung. Kita harus membuat keindahan, yang sudah indah dilestarikan bahkan kita indahkan selalu.

Jika kita mampu memayu hayuning pribadi, maka kita akan dengan sendirinya masuk ke ranah keluarga, sesama, dan alam semesta. Sebaliknya, jika kita terfokus pada buwana saja, kita dengan sendirinya juga akan memayu hayuning yang lainnya, karena didalam buwana terdapat pribadi, keluarga, dan orang lainnya. 

Makna keindahan disini lebih pada keteraturan, ketidakberantakan, ketidakricuhan, menyelaraskan kehidupan demi tercapainya keindahan, tidak ada sikap barbarian, tidak ada sikap dan sifat buruk.

...bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun