Anak kecil yang menamai dirinya sepi
tengah bermain petak umpet di gang sempit berupa angka delapan.
Kali ini ia tidak harus pandai bersembunyi.
Sebab seseorang lain bernama sunyi sedang mencarinya di ujung jalan.
Sore datang membawa sebuah pesan seperti kalimat perintah,
"Sudah petang, cepat pulang ke rumah!"
Sunyi pergi bersama kata-kata yang sulit disampaikan,
sedangkan sepi masih berharap dirinya lekas ditemukan.
Langit berubah warna;
bintang-bintang mulai menyala;
bulan tersenyum dengan manisnya.
Sepi masih menjadi teman baik mereka.
Menurut surat kabar yang saya baca, sekarang sepi semakin dewasa.
Kepalanya sudah akrab dengan rindu, sesal dan angan-angan semata.
Yang ia inginkan sekarang adalah satu orang yang mau meluangkan waktu
untuk menemukannya atau paling tidak menemaninya bersembunyi di balik batu.